tag:blogger.com,1999:blog-259893572024-03-13T06:15:24.432+07:00Buku, Buku, Buku!verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetapAtihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.comBlogger51125tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-39348728529263811902010-07-10T15:40:00.002+07:002010-07-10T16:30:53.382+07:00Sutan Sjahrir - Demokrat Sejati, Pejuang Kemerdekaan - 1909-1966<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TDg0wdU0CXI/AAAAAAAAAOU/TfMlilPMFh4/s1600/SutanSjahrir.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 196px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TDg0wdU0CXI/AAAAAAAAAOU/TfMlilPMFh4/s200/SutanSjahrir.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492197752688609650" /></a>Penulis: H. Rosihan Anwar<br />Penyunting: Sabam Siagian<br />Terjemahan Bahasa Inggris: Mien Joebhaar<br />Penyunting Bahasa Inggris: Klarijn Anderson-Loven<br />Pengantar: Jaap Erkelens<br />Kata Pengantar: Dr. Ignas Kleden - Sutan Sjahrir: Etos Politik Dan Jiwa Klasik<br />Penerbit: Penerbit Buku Kompas dan KITLV Press<br />Cetakan: I, Februari 2010<br />Tebal: 176 halaman<br /><br />Menurut Pengantar dari Jaap Erkelens, buku S<span style="font-weight:bold;">utan Sjahrir - Demokrat Sejati, Pejuang Kemerdekaan (<span style="font-style:italic;">True Democrat, Fighter for Humanity</span>) - 1909-2006</span> adalah buku ketiga dan terakhir dari rangkaian buku untuk mengenang "satu abad" Bung Karno (2001), Bung Hatta (2002), dan Bung Sjahrir (2009). Terkait dengan seratus tahun kelahiran ketiga tokoh tersebut, ketiga buku tersebut masing-masing memuat seratus foto secara kronologis, sekaligus melengkapi kisah yang tertulis. Meskipun ada catatan mengenai pemilik atau sumber foto, sayangnya tidak terlacak fotografer atau <span style="font-style:italic;">the man behind the camera</span> dari foto-foto tersebut. Buku ini ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris sekaligus. <br /><br />Ignas Kleden dalam pengantarnya menyebutkan bahwa dari tulisan-tulisan Sutan Sjahrir timbul kesan bahwa bagi Sjahrir, politik merupakan perkara yang tak terelakkan dalam hidupnya. Bagi Sjahrir, politik tidak untuk merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan itu. <br /><br />Riwayat hidup dan pemikiran Sutan Sjahrir sudah diterbitkan dalam berbagai buku. Rosihan Anwar melengkapi kisah hidup Sjahrir sejak lahir hingga wafat dengan kisah-kisah di seputar kehidupan Sjahrir dan kondisi pada zaman itu. Pekerjaan Rosihan sebagai wartawan sejak jaman pendudukan Jepang memberinya kesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan--tentunya termasuk Sutan Sjahrir-- dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Republik Indonesia, seperti perundingan dan penandatanganan Perjanjian Linggarjati.<br /><br />Sjahrir lahir di Padang Panjang, 5 Maret 1909. Sjahrir digambarkan berperawakan pendek: 1,60 cm lebih sedikit, punya bakat untuk gemuk, suka tertawa lepas, dengan sorotan mata ramah dan bersahabat. <br /><br />Sjahrir disekolahkan di <span style="font-style:italic;">Europeesche Lagere School</span> (ELS) dan kemudian di <span style="font-style:italic;">Meer Uitgebreid Lager Onderwijs</span> (MULO) di Medan. Selanjutnya Sjahrir meneruskan pendidikannya ke <span style="font-style:italic;">Algemene Middelbare School</span> (AMS) <span style="font-style:italic;">Westers Klassieke Afdeling</span> (jurusan Budaya Barat Klasik atau jurusan A) di Bandung. Sekolah setingkat SD, SMP, dan SMA tersebut menggunakan bahasa Belanda.<br /><br />Sewaktu di AMS, Sjahrir aktif dalam pergerakan organisasi Pemuda Indonesia yang kelak berkembang menjadi Indonesia Muda. Ia ikut mendirikan perguruan nasional "Tjahja <span style="font-style:italic;">Volksuniversiteit</span>" (Universitas Rakyat "Tjahja") dalam usaha pemberantasan buta huruf mendidik anak-anak pribumi. Soekarno--insinyur tamatan <span style="font-style:italic;">Technische Hooge School</span> (Sekolah Tinggi Teknik) serta 8 tahun lebih tua dari Sjahrir--, adalah pemimpin partai nasionalis bersemangat tinggi dan tinggal di Bandung. Soekarno pernah diundang berceramah dalam sebuah pertemuan pelajar sekolah menengah yang dipimpin oleh Sjahrir. <br /><br />Setamat dari AMS Bandung, Sjahrir belajar di Fakultas Hukum <span style="font-style:italic;">Gemeente Universiteit van Amsterdam</span> dan kemudian mendaftar ke <span style="font-style:italic;">Universiteit Leiden</span>. Dia jarang mengikuti kuliah, tetapi serius mempelajari Sosialisme. Sjahrir bersahabat dengan Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial-Demokrat, dan Maria Duchâteau--istri Sal-- yang kelak dinikahi Sjahrir di Medan. Pernikahan ini hanya sebentar; orang Belanda memaksa Maria kembali ke Negeri Belanda.<br /><br />Di Negeri Belanda, Sjahrir bertemu dengan Mohammad Hatta yang belajar di Sekolah Tinggi Ekonomi di Rotterdam. Hatta adalah ketua Perhimpoenan Indonesia, organisasi mahasiswa yang didirikan tahun 1908. Sjahrir bergabung dan menjadi sekretaris perhimpunan pada Februari 1930.<br /><br />Sementara itu, Ir. Soekarno ditangkap dan dipenjarakan pada akhir Desember 1929. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin Soekarno dibubarkan. Kader yang menentang pembubaran PNI membentuk wadah baru Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-Pendidikan atau PNI-Baru. Sjahrir dan Hatta berpendapat bahwa mereka harus membantu PNI-Pendidikan. Pada akhir Desember 1931, Sjahrir tiba di Bandung. <br /><br />Pada bulan Agustus 1932, Hatta kembali ke Tanah Air dan mengambil alih kepemimpinan PNI-Pendidikan. Sjahrir mengurangi keterlibatannya di PNI-Pendidikan dan berencana melanjutkan studi ke Negeri Belanda. Ternyata rencana itu tidak pernah terlaksana. Tahun 1934 Belanda menangkap 13 orang aktivis PNI-Pendidikan termasuk Hatta dan Sjahrir. Tanggal 23 Januari 1935 mereka diangkut ke Boven Digoel. Tahun 1936-1942 Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira, Maluku. <br /><br />Surat-surat Sjahrir ke istrinya Maria Duchâteau selama dalam tahanan dan pembuangan disunting dan dibukukan dengan judul <span style="font-style:italic;">Indonesische Overpeinzingen</span> (1945). Buku tersebut diterjemahkan oleh HB Jassin dengan judul <span style="font-style:italic;">Renungan Indonesia</span> (terbit 1947 dan 1951). Kelak buku tersebut dan tulisan Sjahrir dalam buku <span style="font-style:italic;">Out of Exile</span> (1948) diterbitkan dengan judul "<span style="font-weight:bold;"><a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2007/05/renungan-dan-perjuangan.html#comments">Renungan dan Perjuangan</a></span>" (Penerbit Djambatan dan Dian Rakyat, 1990)--buku yang membuatku terpukau pada Sjahrir. <br /><br />Selama masa pendudukan Jepang, Sjahrir bekerja di bawah tanah, mendengarkan siaran radio luar negeri. Pada waktu itu, Jepang menyegel dan menyensor radio. Sebagian orang--termasuk Soekarno-- meremehkan pekerjaan Sjahrir yang mendengarkan radio secara diam-diam. Tapi Sjahrir dan pengikut-pengikutnya menganggap penting mendapatkan informasi yang benar di saat yang tepat. Pada bulan Agustus 1945, Sjahrir menyampaikan informasi kepada Hatta bahwa Jepang telah kalah perang. Namun Soekarno dan Hatta belum percaya dan mencari konfirmasi dari pembesar/panglima Jepang.<br /><br />Pada tanggal 14 November 1945, Sjahrir terpilih sebagai Perdana Menteri. Tahun 1946 dilakukan perundingan di Linggarjati, Jawa Barat. Republik Indonesia diakui <span style="font-style:italic;">de facto</span> berkuasa di Jawa Dan Sumatera. Republik Indonesia dengan negara-negara bagian bentukan Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat. Pada 27Juni 1946 di Solo, Sjahrir diculik kelompok Tan Malaka yang menentang politik diplomasi dengan Belanda. Perjanjian Linggarjati ditandatangani di Jakarta pada 25 Maret 1947. Sjahrir menjabat sebagai Perdana Menteri sampai dengan 27 Juni 1947--kecuali selama satu bulan dalam tahun 1946.<br /><br />Belanda melakukan serangan umum militer pada tanggal 21 Juli 1947. Pertengahan Agustus 1947, Sjahrir berbicara di depan sidang Dewan Keamanan PBB, membantah Menteri Luar Negeri Belanda dan menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah mempunyai kelengkapan sebagai negara seperti pemerintah, wilayah, dan tentara. Akhir 1947 Belanda-Indonesia berunding lagi. Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 dan 19 Januari 1948, mengakibatkan penarikan kantong TNI di Jawa Barat mundur ke Jawa Tengah.<br /><br />Belanda melakukan serangan umum militer kedua pada tanggal 19 Desember 1948 di tengah berlangsungnya perundingan antara Komisi Tiga Negara PBB dan Delegasi RI di Kaliurang. Pimpinan Pemerintah RI di antaranya Soekarno, Hatta, Sjahrir diasingkan ke Parapat dan Bangka. Belanda mengklaim bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Namun Jenderal Soedirman, Kol. A.H. Nasution, Kol. T.B. Simatupang melanjutkan perang gerilya di Jawa. Kol. Hidayat memimpin perang gerilya di Sumatera.<br /><br />Amerika Serikat jengkel dengan aksi militer II tersebut dan mendesak Belanda untuk melakukan perundingan. Persetujuan Van Roijen - Moh. Roem tercapai tanggal 7 Mei 1949. Pemerintah RI kembali berkuasa. Jenderal Soedirman yang berada di daerah gerilya kembali ke Yogya, bergabung dengan Soekarno-Hatta. Konferensi Meja Bundar berlangsung dari 23 Agustus sampai 2 November 1949. <br /><br />Pada tanggal 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan berlangsung secara serentak di Amsterdam dan Jakarta. Moh. Hatta sebagai PM RIS menandatangani dokumen di Amsterdam. Sedangkan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Pertahanan RIS menandatangani dokumen di Jakarta. Soekarno tidak mau hadir pada upacara di Jakarta karena berpendapat bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. <br /><br />Sejak akhir tahun 1949 Sjahrir tidak lagi memegang jabatan resmi kenegaraan. Sebagai warganegara biasa, Sjahrir mengembangkan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didirikan di Yogyakarta 12 Februari 1948 akibat perbedaan dengan tokoh-tokoh pro komunisme. PSI hanyalah partai kecil, bersifat partai kader; anggotanya terbatas di daerah perkotaan. Pada Pemilu 1955 PSI kalah. <br /><br />Dalam kehidupan pribadi, pada tahun 1948 Sjahrir bercerai dengan Maria Duchâteau. Pada tanggal 26 Mei 1951 Sjahrir menikah dengan Siti Wahyunah Saleh (Poppy)--mantan sekretarisnya-- di Kairo. Sejak 1949, Poppy belajar ilmu hukum di <span style="font-style:italic;">Universiteit Leiden</span> dan ilmu sosial di <span style="font-style:italic;">London School of Economics</span>. Poppy adalah kakak Soedjatmoko. <br /><br />Sementara itu, Soekarno semakin berkuasa. Pada 21 Juli 1960 Soekarno menegaskan bahwa PSI dan Masyumi harus dibubarkan. Pada tanggal 16 Januari 1962 Sjahrir dan beberapa orang ditangkap, pada mulanya ditahan di Jakarta, dan kemudian dipindahkan ke tahanan di Madiun. Pada tahun 1962 Sjahrir sempat dirawat di RSPAD Gatot Subroto karena tekanan darah tinggi. Setelah keadaannya membaik, pada tahun 1963 dan 1964 Sjahrir dipindahkan ke penjara Jl. Keagungan dan tahun 1965 dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer Jl. Budi Utomo. Kemudian Sjahrir terkena <span style="font-style:italic;">stroke</span>.<br /><br />Poppy mengusahakan agar Sjahrir bisa berobat ke luar negeri. Soekarno mengizinkan, dengan status Sjahrir tetap sebagai tahanan. Tanggal 21 Juli 1965 keluarga Sjahrir bertolak menuju Swiss. Di Zurich, Sjahrir tidak dapat berbicara, tetapi tetap mengikuti tayangan televisi, mendengarkan siaran radio, membaca surat kabar. Sjahrir tetap mengikuti perkembangan dunia dan keadaan di Indonesia. Setelah koma selama tujuh hari, Sjahrir meninggal dunia pada tanggal 9 April 1966. Sjahrir dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional dan mendapat persetujuan untuk pemakaman negara dengan penghormatan penuh.<br /><br />Poppy menyetujui pemakaman negara. Jenazah Sjahrir dibawa dengan pesawat terbang melalui Amsterdam, Frankfurt, Kairo, dan Bangkok. Tanggal 17 April 1966, jenazah Sjahrir tiba di bandara Kemayoran dan disemayamkan di rumah duka. Tanggal 19 April 1966 Sjahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di akhir kata perpisahannya pada pemakaman sahabatnya Sutan Sjahrir, Bung Hatta berpesan:<br /><blockquote>...<br />Pemuda Indonesia, tanamlah dalam hatimu: Sjahrir Pahlawan Nasional Indonesia.</blockquote>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-13067036438269349232010-06-19T18:07:00.003+07:002010-06-19T18:58:45.343+07:00The Miracle of Enzyme<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBylOZSc7MI/AAAAAAAAAOM/XD2pp6Vj2pI/s1600/enzim0002.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBylOZSc7MI/AAAAAAAAAOM/XD2pp6Vj2pI/s200/enzim0002.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484440112955452610" /></a>Judul Asli: The Enzyme Factor<br />Penulis: Hiromi Shinya, MD<br />Penerjemah: Winny Prasetyawati<br />Penyunting: Budhyastuti R.H.<br /><span style="font-style:italic;">Proofreader</span>: M. Eka Mustamar<br />Penerbit: Qanita<br />Cetakan: XI, Januari 2010 (cetakan pertama, Agustus 2008)<br />Tebal: 300 halaman<br /><br />Dr. Hiromi Shinya adalah seorang spesialis endoskopi gastrointestinal (lambung dan usus). Dari ratusan ribu pengamatan klinisnya, Dr. Hiromi Shinya menemukan bahwa karakteristik usus dan lambung mencerminkan kondisi kesehatan seluruh tubuh. Seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang baik adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Sedangkan seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang buruk biasanya memiliki masalah mental atau fisik.<br /><br />Tubuh manusia terdiri dari sistem yang sangat rumit, terbentuk dari kira-kira 60 triliun sel. Sel-sel kita cepat atau lambat selalu digantikan oleh sel-sel baru Sel-sel baru ini terbuat dari air dan makanan yang kita makan sehari-hari. Sistem pencernaanlah yang menyerap makanan dan air. Jika kualitas makanan dan air yang kita konsumsi buruk, sistem pencernaanlah yang menderita pertama kali.<br /><br />Aktivitas tubuh kita didukung oleh banyak enzim. Sekitar 5.000 jenis enzim bekerja dalam tubuh manusia; sebagian dibuat di dalam tubuh (3.000 jenis dibuat oleh bakteri-bakteri usus), dan sebagian lainnya datang dari luar dalam bentuk makanan. <br /><br />Orang-orang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang baik menyantap bahan makanan segar yang mengandung banyak enzim. Sedangkan orang-orang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang buruk memiliki kebiasaan gaya hidup yang mempercepat habisnya enzim. <br /><br />Kebiasaan apa saja yang menguras enzim?<br /> ▪ menggunakan alkohol dan tembakau;<br /> ▪ terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan;<br /> ▪ lingkungan yang menyebabkan stres;<br /> ▪ penggunaan obat-obatan;<br /> ▪ menyantap makanan basi yang memproduksi racun dalam usus besar;<br /> ▪ terkena sinar ultraviolet dan gelombang elektromagnetik yang menghasilkan radikal bebas sehingga memerlukan detoksifikasi oleh enzim (di depan komputer terus menerus menyebabkan terpapar gelombang elektromagnetik <span style="font-style:italic;">gak</span> ya?);<br /> ▪ stres secara emosi.<br /><br />Berdasarkan data pengamatannya, Dr. Hiromi Shinya membangun teori adanya "enzim pangkal", sebuah prototipe enzim, asal dari beberapa ribu jenis enzim. Ketika sejumlah besar enzim tertentu digunakan di suatu daerah tertentu di tubuh, sepertinya ada kekurangan enzim di bagian-bagian tubuh yang lain. Jika suatu organ atau bagian tubuh menggunakan persedian enzimnya secara berlebihan, tubuh akan mengalami kesulitan mempertahankan homeostatis (keseimbangan sistem tubuh), memperbaiki sel-sel, dan menjaga sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem kekebalan tubuh. <br /><br />Oleh karena itu, perlu gaya hidup yang meningkatkan dan bukannya yang menguras enzim tubuh. Menyantap makan yang mengandung enzim menciptakan lingkungan usus yang menyebabkan bakteri-bakteri usus dapat memproduksi enzim. Saat makanan yang mengandung enzim dikonsumsi, enzim pangkal disimpan dalam tubuh, siap digunakan kapan pun dibutuhkan.<br /><br />Kunci emas untuk hidup sehat dari Dr. Shinya antara lain adalah:<br /> 1. Menu makan yang baik, sesuai dengan susunan gigi manusia, terdiri dari 85-90% makanan nabati dan 10-15% protein hewani (sebaiknya dari hewan yang suhu tubuhnya lebih rendah dari suhu tubuh manusia, yaitu ikan).<br /> 2. Minum air yang baik (air mineral atau air sadah) 6-10 gelas per hari.<br /> 3. Pembuangan yang teratur.<br /> 4. Olahraga secukupnya sesuai dengan usia dan kondisi fisik.<br /> 5. Istirahat yang cukup dengan tidur 6-8 jam setiap malam (dan 30 menit setelah makan siang!).<br /> 6. Pernapasan dan meditasi.<br /> 7. Kebahagian dan cinta, seperti menghargai orang lain, tertawa, menyanyi dan menari.<br /><br />Untuk makanan, diperlukan makanan tambahan berikut:<br />1. Teh herbal;<br />2. Tablet rumput laut (kelp);<br />3. Ragi untuk pembuatan bir;<br />4. <span style="font-style:italic;">Bee pollen</span> atau propolis madu;<br />5. Suplemen enzim;<br />6. Suplemen multivitamin dan mineral.<br /><br />Sedangkan makanan dan bahan-bahan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:<br />1. Produk-produk susu;<br />2. Teh hijau Jepang, teh Cina, teh hitam Inggris (1-2 cangkir per hari);<br />3. Kopi (<span style="font-style:italic;">what</span>?????);<br />4. Makanan yang manis dan gula (<span style="font-style:italic;">what again</span>?????);<br />5. Nikotin;<br />6. Alkohol;<br />7. Cokelat;<br />8. Lemak dan minyak;<br />9. Garam meja biasa (gunakan garam laut).<br /><br />Obat-obatan tidak dapat menyembuhkan penyakit. Cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit terletak pada gaya hidup sehari-hari. Buku ini menjelaskan mengenai makanan yang mengandung enzim dan gaya hidup yang sehat.<br /><br />Meskipun sudah menyadari pentingnya gaya hidup sehat, tapi untuk menjalankannya ternyata tidak mudah ya. Makanan/minuman yang harus dihindari atau dibatasi <span style="font-style:italic;">koq</span> ya <span style="font-style:italic;">ndilalah</span> makanan/minuman favorit. Hm, tapi menurut Dr Hiromi Shinya, yang penting adalah melakukan apa yang membuat kita bahagia <span style="font-style:italic;">koq</span>.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-59135079388088566482010-06-15T15:43:00.003+07:002010-06-15T16:22:51.748+07:00What I Talk About When I Talk About Running<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBc9Y7b_eiI/AAAAAAAAAOE/niOOwWFlLKQ/s1600/running.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 130px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBc9Y7b_eiI/AAAAAAAAAOE/niOOwWFlLKQ/s200/running.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5482918569828121122" /></a>Judul Asli: <span style="font-style:italic;">Hashiru Koto Ni Tsuite Kataru Toki Ni Boku No Kataru Koto</span><br />Penulis: Haruki Murakami<br />Penerjemah dari bahasa Jepang: Philip Gabriel<br />Penerbit: Vintage, Great Britain<br />Tahun: 2009 (terbit pertama kali di Jepang: 2007)<br />Tebal: viii + 181 halaman<br /><br />Jingu Stadium, 1 April 1978, mendadak terlintas di pikiran Haruki Murakami, "Tahu nggak? Aku kan bisa mencoba menulis novel". Dan begitulah, Murakami kemudian membeli kertas, membeli pena, dan menyelesaikan 200 halaman tulisan tangan novel perdananya (dalam bahasa Jepang) <span style="font-style:italic;">Hear the Wind Sing</span> (dalam bahasa Indonesia "Dengarlah Nyanyian Angin"), yang kemudian disusul dengan <span style="font-style:italic;">Pinball, 1973</span>.<br /><br />Kedua novel ini dinominasikan untuk Akutagawa Prize, meskipun akhirnya tidak menang sama sekali. Sebelumnya, novel <span style="font-style:italic;">Hear the Wind Sing</span> sudah memenangkan Gunzo Prize. Ketika menulis kedua novel tersebut, Murakami masih berbisnis sebuah klub jazz. <br /><br />Setelah kedua novel tadi terbit, Murakami memutuskan untuk menutup bisnisnya untuk berkonsentrasi penuh menulis. Karena, menurutnya, ia adalah tipe orang yang komit pada apapun yang dikerjakannya. <br /><br />Menjadi penulis profesional, berarti duduk seharian menulis. Berat badan Murakami mulai naik. Apalagi Murakami terlalu banyak merokok. Enam puluh batang per hari. Timbul pertanyaan bagaimana menjaga tubuh supaya tetap bugar. Jika ingin menjadi novelis berumur panjang, maka harus mencari cara agar tetap bugar dan menjaga berat badan yang sehat. Murakami mulai berolahraga lari di lapangan <span style="font-style:italic;">Nihon University</span> di dekat rumahnya. Ia pun berhenti merokok. Dan hidup baru yang simpel dan teratur pun dimulai.<br /><br />Murakami berlatih lari hampir setiap hari jika cuaca memungkinkan. Ia mengikuti lomba-lomba maraton (26,2 mil), triatlon, dan bahkan pernah mengikuti ultramaraton 62 mil. Murakami juga pernah berlari sendirian dari Athena ke Marathon (legenda maraton adalah berlari dari Marathon ke Athena). <br /><br />Singkatnya, jika mau menulis sesuatu yang besar, maka harus meningkatkan kekuatan dan stamina. Jika sesuatu itu berharga untuk dilakukan, maka akan berharga untuk memberikan yang terbaik dari dirimu--atau bahkan pada beberapa kasus <span style="font-style:italic;">lebih</span> dari yang terbaik dari dirimu.<br /><br />Murakami pernah ditanya tentang kualitas penting apa yang harus dimiliki oleh seorang penulis novel. Menurutnya, yang jelas adalah bakat. Kemudian: fokus. Dan kemudian adalah daya tahan. Tidak seperti bakat, fokus dan daya tahan dapat diperoleh dan dipertajam melalui latihan. <br /><br />Menurut Murakami, apa yang diketahuinya tentang menulis, diperolehnya dari berlari setiap hari. Seberapa banyak dapat mendorong diri sendiri? Seberapa banyak istirahat yang diperlukan? Kapan menjadi berpikiran sempit dan tidak fleksibel? Seberapa banyak harus menyadari dunia luar, dan seberapa banyak harus fokus ke dalam? Sampai mana harus yakin pada kemampuan diri, dan kapan harus meragukan diri sendiri? <br /><br />Hm, sebenarnya dalam melakukan pekerjaan apapun, pertanyaan-pertanyaan tadi juga akan muncul kan? Tapi mungkin dengan berlatih lari setiap hari, tubuh (dan pikiran) jadi lebih peka dan mengenali pertanyaan-pertanyaan yang muncul tadi. Dan mudah-mudahan jadi lebih tanggap untuk mengatasinya. Barangkali.<br /><br />Bagi pelari seperti Murakami, yang benar-benar penting adalah mencapai tujuan yang ditetapkan sendiri, dengan kekuatan sendiri. Yang penting: puas. Waktu, peringkat, penampilan luar, semua nomor dua. Dan suatu hari, Murakami mengharapkan di batu-nisannya akan tertulis:<br /><blockquote><span style="font-weight:bold;">Haruki Murakami</span><br />1949-20**<br />Penulis (dan Pelari)<br />Paling Tidak Ia Tidak Pernah Berjalan</blockquote><br />Uh, keren <span style="font-style:italic;">gak sih</span>? O ya, judul buku ini ternyata diambil dari kumpulan cerita pendek Raymond Carver berjudul <span style="font-style:italic;">What We Talk About When We Talk About Love</span>. Dan sedikit catatan mengenai <span style="font-style:italic;">Norwegian Wood</span> (salah satu buku Haruki Murakami yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) dapat dilihat di <a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2006/06/norwegian-wood.html">sini</a>.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-55360734513211107562010-06-11T23:12:00.003+07:002010-06-11T23:19:59.170+07:00Sebatang Kara<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBJguF3cPqI/AAAAAAAAAN8/Uz3XJElYIQg/s1600/nobodysboy.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 134px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/TBJguF3cPqI/AAAAAAAAAN8/Uz3XJElYIQg/s200/nobodysboy.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5481550041428278946" /></a> Judul Asli: <span style="font-style:italic;">Sans Familie </span><br />Penulis: Hector Malot<br />Alih bahasa: Tanti Lesmana (dari terjemahan bahasa Inggris <span style="font-style:italic;">"Nobody's Boy"</span>)<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama<br />Cetakan: I, 2010<br />Tebal: 378 halaman<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sebatang Kara </span>bercerita tentang Remi yang diculik ketika masih bayi, diasuh oleh Ibu Barberin, dijual kepada Signor Vitalis, dan menemukan ibu kandungnya. Bersama dengan Signor Vitalis, Remi mengembara di Prancis dan Italia, mengadakan pertunjukan-pertunjukan bersama hewan-hewan peliharaan. <span style="font-style:italic;">Setting</span> cerita sepertinya adalah Eropa pada abad ke-19. Hector Malot sendiri, sang penulis cerita hidup dari tahun 1830 sampai dengan tahun 1907.<br /><br />Dulu sekali, tahun 1970-an, cerita ini pernah dimuat secara bersambung di majalah anak-anak "<span style="font-weight:bold;">si Kuncung</span>" dengan judul--kalau tidak salah-- "<span style="font-weight:bold;">Sendiri Di Dunia</span>". Dulu, cerita ini termasuk favorit saya sampai saya baca berulang-ulang. <br /><br />Sekarang, meskipun di sana sini terasa kuno, pengembaraan Remi dan teman-temannya ternyata masih lumayan seru untuk dibaca. Pertarungan antara baik dan buruk, perjuangan hidup anak manusia, bersifat universal dan masih berlangsung hingga kini. Meskipun kisah tentang Remi adalah kisah klasik (kalau tidak disebut kuno), hal-hal yang ditemui Remi ternyata masih aktual hingga kini.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-40112201442019244782010-05-14T11:58:00.004+07:002010-05-14T18:06:55.272+07:00Oh My Goodness! Buku Pintar Seorang Creative Junkies<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/S-zZPYx_4lI/AAAAAAAAAN0/uUWb3tWk9Sg/s1600/Bukupintar.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 200px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/S-zZPYx_4lI/AAAAAAAAAN0/uUWb3tWk9Sg/s200/Bukupintar.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5470986505721733714" /></a> Penulis: Yoris Sebastian<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2010<br /><br /><span style="font-style:italic;">Judge a book by its cover</span>, maka yang terlihat adalah gambar beberapa orang--salah satunya Andy F. Noya-- yang mungkin sedang mengekpresikan "<span style="font-style:italic;">Oh My Goodness!</span>". Judul .. Seorang <span style="font-style:italic;">Creative Junkies</span> dengan sengaja dibuat keliru (yang benar adalah .. Seorang <span style="font-style:italic;">Creative Junkie</span>). Kemudian, masih soal tampilan, daftar isi, judul bab dan subbab seluruhnya berbahasa Inggris. Buku ini juga tidak menggunakan nomor halaman, yang ternyata adalah ide dari Debbie "Deboy" Novillia (halaman...). <br /><br />Buku ini membicarakan tentang manajemen kreativitas, baik lingkup diri sendiri maupun lingkup yang lebih luas seperti tim kreatif, tim proyek, atau satu perusahaan. Mengapa perlu kreatif, bagaimana menjadi kreatif, bagaimana agar terus kreatif, dan bagaimana supaya tidak asal kreatif? Artinya, ide yang muncul dapat dilaksanakan, dapat mencapai tujuan atau merupakan solusi, dengan risiko yang sudah diperhitungkan.<br /><br />Setiap <span style="font-style:italic;">chapter</span>, kecuali <span style="font-style:italic;">Chapter</span> 2, dilengkapi dengan kotak-kotak aktivitas. Setiap akhir <span style="font-style:italic;">chapter</span> dilengkapi dengan judul lagu yang kira-kira mewakili isi <span style="font-style:italic;">chapter</span>, serta ajakan untuk mengirim inspirasi yang diperoleh dari <span style="font-style:italic;">chapter</span> tersebut ke <span style="font-style:italic;">Twitter</span> @yoris. <br /><br />Secara keseluruhan, buku ini sangat inspiratif, mendorong pembacanya agar terbiasa kreatif dan menciptakan lingkungan yang kreatif.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-68815646469983386482010-02-21T23:24:00.002+07:002010-02-21T23:29:34.104+07:001 Liter of Tears<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/S4FemymRDRI/AAAAAAAAANc/HJII7KioLJ0/s1600-h/1literoftears0001.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 134px; height: 200px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/S4FemymRDRI/AAAAAAAAANc/HJII7KioLJ0/s200/1literoftears0001.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5440733845350583570" /></a><br />Judul asli: 1 Liter No Namida<br />Penulis: Aya Kito<br />Penerbit: PT. Elex Media Komputindo<br /><br />Aya-chan menderita <span style="font-style:italic;">Spinocerebellar Ataxia </span>(SCA), penyakit yang menyerang sel-sel penopang sel saraf. Awalnya penderita merasakan tubuhnya melemah. Berangsur-angsur kemampuan motorik penderita menurun. Sampai-sampai Aya-chan mengalami kesulitan menelan makanan, berbicara dan bahkan tersenyum. <blockquote>"Untuk bisa tersenyum saja rasanya sulit sekali dan capek, karena otot wajahku mengeras."</blockquote> Aya-chan mulai merasakan gejala penyakit ketika ia berumur 15 tahun (lebih kurang tahun 1978, jika dirunut balik dari tanggal di buku).<br />Pengalamannya di sekolah, di rumah, dan di rumah sakit, perasaannya yang naik turun, orang-orang di sekitarnya, dituliskan Aya-chan di catatan hariannya. Meskipun sakit, Aya-chan masih membantu pekerjaan rumah tangga yang bisa dikerjakannya seperti mengepel atau membersihkan kandang burung. <span style="font-weight:bold;">1 Liter of Tears</span> dilengkapi dengan tulisan dokter yang merawat Aya serta ibunda Aya-chan. Dari tulisan Shioka Kito (ibu Aya-chan) dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua yang anaknya menderita sakit parah. Memang terkesan ibunda Aya yang lebih mengurus anaknya. Catatan Aya pun lebih banyak bercerita tentang ibu dan adik-adiknya. Tetapi dari cerita Aya, ayahnya sebenarnya juga mengkhawatirkannya.<br /><span style="font-weight:bold;">1 Liter of Tears</span> tidak bercerita tentang seseorang yang mengasihani diri sendiri. Sesungguhnya <span style="font-weight:bold;">1 Liter of Tears</span> bercerita tentang kebaikan hati dan kasih sayang. Kebaikan hati orang tua ke anaknya, kebaikan hati teman, kakak-adik, guru, pengurus Aya-chan di rumah sakit, orang-orang di sekitar Aya-chan. Juga kepekaan Aya-chan merasakan dan memberi kembali kasih sayang ke orang-orang di sekelilingnya.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-47463205757003467992009-05-24T00:16:00.005+07:002009-05-24T11:11:28.975+07:00Kunci Rahasia George ke Alam Semesta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/Shgv0XSawzI/AAAAAAAAAMc/lPod0iaH-sU/s1600-h/georgekey.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 140px; height: 200px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/Shgv0XSawzI/AAAAAAAAAMc/lPod0iaH-sU/s200/georgekey.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5339069934898692914" /></a>Judul asli: <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">George's Secret Key to the Universe</span></span><br />Penulis: Lucy & Stephen Hawking dengan Christophe Galfard<br />Ilustrasi: Garry Parsons<br />Alih bahasa: Andang H. Sutopo<br />Editor: Widi Lugina<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan I: Mei 2009<br /><br />Ingin berpetualang seru ke ruang angkasa sambil belajar mengenai alam semesta? Ikuti kisah George dengan tetangga misteriusnya Annie dan Eric--ayah Annie--, serta komputer canggih Cosmos. <br /><br />Sambil mengikuti kisah seru, pembaca juga diberi informasi tentang bintang, bulan, planet, <span style="font-style:italic;">exoplanet</span>, komet, tata surya, lubang hitam. Juga ada pertanyaan: apakah kita memusatkan perhatian untuk memperbaiki kehidupan di bumi dan menghadapi masalah-masalah bumi, atau haruskah kita berusaha menemukan planet lain yang bisa dihuni umat manusia?<br /><br />Buku ini dilengkapi dengan foto-foto berwarna yang menakjubkan mengenai bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya serta kotak-kotak informasi, yang menambah nilai buku ini. Buku juga dipenuhi ilustrasi dari kisah George sehingga menyiratkan bahwa buku ini untuk anak-anak, padahal di <span style="font-style:italic;">cover</span> belakang khusus disebutkan bahwa buku ini untuk semua umur. <br /><br />Mungkin ini kesan saya saja: menurut saya, gambar George di ilustrasi buku koq seperti Pangeran Kecil di <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Le Petit Prince</span></span> (lebih-lebih kalau George sedang pakai syal), dan gambar Pak Eric mengingatkan saya pada ayahnya Dennis di komik <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Dennis the Menace</span></span> (karena kacamata kotak?). Hmm, tidak penting ya? Yang jelas, setelah membaca buku ini saya jadi hapal nama-nama planet di sistem tata surya kita, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. <br /><br />Betapa alam semesta sangat menakjubkan! ... "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, ..." (sebagian dari s. Ali 'Imraan : 191).Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-15848938757515842932009-05-22T16:20:00.004+07:002009-05-22T16:37:28.738+07:00Tumbuh di Tengah Badai<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/ShZu8ehDTSI/AAAAAAAAAMU/hQ0ZZRFd9Qw/s1600-h/tumbuhditengahbadai.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 127px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/ShZu8ehDTSI/AAAAAAAAAMU/hQ0ZZRFd9Qw/s200/tumbuhditengahbadai.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5338576393557200162" /></a>Penulis: Herniwatty Moechiam<br />Penyunting: Gunawan B.S.<br />Penerbit: Bentang, Cetakan I: April 2009<br /><br />Dari sampul depan dan belakang buku ini, sudah bisa terdeteksi bahwa buku ini menceritakan perjuangan seorang ibu dan anak autistiknya dalam meraih suatu kemampuan diikuti kemampuan lainnya. Kemampuan yang mudah dikuasai oleh seorang individu normal seringkali sulit dikuasai oleh individu yang autistik. <br /><br />Belum lagi indera individu autistik sering sangat sensitif terhadap sesuatu (berbeda-besa pada setiap individu) sampai-sampai yang bersangkutan menjadi sangat terganggu (mungkin seperti ter-iritasi). Catra, individu autistik di buku ini, menjadi rewel jika dipakaikan <span style="font-style:italic;">diapers</span>, pakaian tertentu, topi, atau sepatu. Catra bisa terperanjat dan menangis ketakutan mendengar suara orang bersin, tangisan anak lain, tawa yang keras, suara berdecit, dering telepon, dan banyak suara lainnya. Padahal kondisi yang normal tapi mengganggu dan tidak nyaman bagi individu autistik ini sering ditemui di tempat terapi atau di sekolah sehingga mengganggu kegiatan belajar. <br /><br />Di sisi lain, Catra yang masih bayi sangat tertarik mendengar suara azan dan kemudian segala sesuatu yang bernuansa Islam, seperti mesjid, huruf Arab, perlengkapan shalat.<br /><br />Permasalahan yang tak henti-hentinya dalam membesarkan anak autistik dan 2 orang kakaknya masih ditambah dengan pertengkaran dan pertikaian yang sering terjadi dengan suami. Ibu Herniwatty, penulis buku ini, juga "mengajari" guru-guru dan teman-teman anaknya mengenai individu autistik. Benar-benar perjalanan panjang yang tidak mudah dan melelahkan yang dinamakannya "Sekolah Kehidupan". <br /><br />Perjalanan yang bagi Catra seperti tersandung di setiap langkah. Meskipun tentu saja ada langkah-langkah yang menggembirakan, antara lain ketika Catra mendapat giliran membawakan kultum dan menyitir salah satu surat mengenai pertolongan Allah yang dikaitkannya dengan kesulitan-kesulitannya sebagai individu autistik. Ketika membaca buku ini sering tanpa disadari kita (pembaca) jadi berucap, "Subhanallah" dan meneteskan air mata. Kini Catra kuliah di UGM, belajar menapaki jalan hidupnya sendiri. <br /><br />Berbagi pengalaman dengan menulis buku pasti tidak mudah karena seperti membeberkan kehidupan sendiri kepada khalayak ramai dan juga seperti mengoyak luka lama. Tetapi pelajaran yang diberikan buku ini sangat banyak. Apalagi buku ini dituturkan dengan sangat baik. Apa yang dipelajari Ibu Herniwatty di "Sekolah Kehidupan" menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi siapapun karena sesungguhnya setiap orang berada di sekolah yang sama. Terima kasih banyak Ibu Herniwatty dan keluarga yang sudah berbagi melalui buku ini.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Buku lain tentang berbagi pengalaman membesarkan anak autistik: Dyah Puspita, "<a href="http://urek2.blogspot.com/2006/01/perjuangan-ibunda-anak-autistik.html" target="_blank">Untaian Duka Taburan Mutiara</a>".</span>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-5224859487352210882009-04-21T07:38:00.002+07:002009-04-21T09:15:45.336+07:00Panggil aku Kartini saja<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/Se0WTyWORCI/AAAAAAAAAMM/iud8zBnB9gM/s1600-h/Kartini.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 138px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/Se0WTyWORCI/AAAAAAAAAMM/iud8zBnB9gM/s200/Kartini.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326938463437472802" /></a>Penulis: Pramoedya Ananta Toer<br />Kata Sambutan: Ny. DR. Hurustiati Subandrio<br />Epilog: Ruth Indiah Rahayu/Yayasan Kalyanamitra<br />Penerbit: Hasta Mitra<br />Cetakan II, 2000 (Cetakan I jilid I dan II terpisah: 1962, Cetakan I jilid I dan II gabungan: 1997)<br /><br />Buku "panggil aku Kartini saja" sebenarnya masih ada kelanjutannya (jilid III dan IV) tetapi naskah tersebut hilang di tahun 1965. Jadi apa yang terekam atau tergambarkan di sini mengenai Kartini hanya sebagian dari apa yang akan diungkapkan oleh Pram.<br /><br />Pram mengawali buku ini saat Perang Jawa (Diponegoro) berakhir. Perang yang paling mahal dalam sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. Pemerintah Belanda meminjamkan hutang kepada Hindia Belanda sebesar ƒ 37 juta ditambah bunga. Nilai uang jatuh dan Javasche Bank yang baru didirikan menghadapi kebangkrutan. Muncullah Johannes van den Bosch mengusulkan <span style="font-style:italic;">cultuurstelsel</span> untuk mengisi kas Hindia-Belanda. <span style="font-style:italic;">Cultuurstelsel</span> yang pada kenyataannya menjadi <span style="font-weight:bold;">tanam paksa</span> kemudian menghisap bumi dan rakyat Hindia Belanda. Untuk pertama kali pemerintah Hindia Belanda mempergunakan kekuasaannya dan "kewibawaannya atas penduduk dijadikannya alat untuk mengeksploitasikan Jawa pada waktu itu secara modern" (halaman 12). Petani-petani pribumi menjadi terlalu miskin dan bahkan terusir dari tanah garapannya yang berubah menjadi perkebunan partikelir (swasta). <br /><br />Kemudian muncul golongan liberal seperti Multatuli, E.S.W. Roorda van Eisinga, Dr. Ds. Baron ban Hoëvell yang menghendaki kelongaran dari cara memerintah Pribumi. Mereka menghendaki pendidikan yang lebih banyak lagi bagi para amtenar, Eropa, dan Pribumi. Tingkat pengajaran dan pendidikan pada waktu itu sangat rendah di kalangan penduduk bangsa Eropa, apalagi di kalangan Pribumi. Yang ada hanya sekolah-sekolah Nasrani yang tidak jauh berbeda dengan pengajaran di surau-surau. Sekolah Belanda Gubernemen pertama didirikan di Weltevreden (tahun ?). Baru dua tahun kemudian sekolah tersebut terbuka bagi sejumlah kecil Pribumi pilihan, bahkan anak bupati pun masih sulit mendapatkan bangku.<br /><br />Seolah Bumiputra atau sekolah Melayu gubernemen mulai didirikan tahun 1849 di Jepara, Pasuruhan, dan Padang. Di Makasar dan Maros tahun 1853, di Banjarmasin tahun 1863, di Ambon tahun 1607. Waktu itu bahasa Belanda merupakan satu-satunya bahasa ilmu pengetahuan. Pada tahun 1902 di seluruh Jawa dan Madura hanya ada 4 orang bupati yang pandai menulis dan berbicara bahasa Belanda; salah satunya adalah ayah Kartini. Di luar para bupati ada satu-dua orang yang maju, misalnya Raden Saleh. <br /><br />Dengan latar belakang inilah Kartini lahir dan besar. Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. Beliau termasuk orang Indonesia yang beruntung pada zamannya. Karena kedudukan ayahnya, Kartini dapat mengenyam pendidikan formal di sekolah, meskipun hanya sampai pada tingkat dasar, karena setelah itu Kartini masuk dalam pingitan. Kartini sendiri sebenarnya ingin melanjutkan sekolah, bahkan kalau perlu ke negeri Belanda, tetapi sayang ayahnya tidak mengijinkan. Pada awal berdirinya sekolah-sekolah di Hindia Belanda, hanya anak-anak dari keluarga ningrat/bergelar saja yang bisa masuk sekolah. (THS, cikal bakalnya ITB, pun tidak terkecuali; mahasiswanya adalah siswa-siswa yang memiliki gelar, termasuk Soekarno yang memiliki gelar "Raden", kalau tidak salah.)<br /><br />Dalam masa pingitan, Kartini melakukan hal-hal yang disukainya seperti membatik, melukis, membaca, dan juga belajar bahasa Prancis. Ayahnya yang membuka kesempatan bagi Kartini dan saudari-saudarinya untuk melihat dunia luar (ke Batavia, mengunjungi kapal "Sumatera" di pelabuhan, memberi bacaan) sekaligus mempunyai hak veto atas putri-putrinya yang berhak mengatakan "tidak" atas kehendak para putri ini.<br /><br />Kartini pandai berbahasa Belanda, baik lisan maupun tulisan, dan sudah terkenal di kalangan orang Belanda dan Indonesia tentang bahasa Belandanya yang baik. Bahkan di masa hidupnya, surat-suratnya ingin diterbitkan oleh Mr. Abendanon, tetapi Kartini menolak. Beliau sadar bahwa seorang putri Jawa yang bisa berbahasa Belanda dengan baik adalah istimewa. Kartini tidak mau diistimewakan. Beliau merasa sebagai bagian dari rakyat dan memang beliau sendiri yang mengucapkan, "Panggil aku Kartini saja - itulah namaku". Pikiran Kartini berkisar pada rakyat, keseniannya, penyakitnya, pendidikannya, perempuannya, perlakuan yang diterima rakyat, dan lain-lain. Dan semua itu disampaikan dalam bahasa Belanda yang runut. Kartini juga pernah diminta untuk menulis di majalah. Menulis menjadi jalan keluar bagi Kartini untuk mengeluarkan isi hati dan pikirannya. Andaikan Kartini hidup lebih lama lagi, tentu tulisan-tulisannya akan lebih banyak lagi. <br /><br />Meskipun hanya berpendidikan SD, lingkup pemikiran Kartini meluas melampaui lingkungan kamar dan rumahnya. Sebagai salah satu orang yang terkemuka di zamannya, melalui surat-suratnya ke orang Belanda (dalam bahasa Belanda) Kartini menjadi corong kondisi rakyat Hindia Belanda. Sayang sekali, ayahnya yang bertindak sebagai pembuka gerbang kesempatan bagi Kartini untuk mengecap dunia luar adalah sekaligus penutup gerbang tersebut. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini" target="_blank">Wikipedia</a> menyebutkan Kartini dinikahkan dengan Bupati Rembang yang sudah memiliki tiga istri. Kartini wafat pada usia 25 tahun beberapa hari setelah melahirkan putra pertamanya (September 1904).<br /><br />Himpunan surat-surat Kartini diterbitkan tahun 1911 dengan judul <span style="font-style:italic;">"Door Duisternis tot Licht"</span>. Pada tahun 1923 buku ini telah mengalami cetak ulang ke-4. Terjemahan bahasa Melayu (tahun ?) "Habis Gelap Terbitlah Terang" dilakukan oleh Baginda Abdoellah Dahlan dan Baginda Zainoedin Rasad, dan pada penerbitan selanjutnya dibantu Soetan Moehammad Zain serta Baginda Djamaloedin Rasad. Pada cetakan ke-3 (1951) mencantumkan nama Armijn Pane sebagai penerjemah (halaman 215). <br /><br /><span style="font-style:italic;">disunting ulang dari <a href="http://urek2.blogspot.com/2005/05/panggil-aku-kartini-saja.html" target="_blank">panggil aku Kartini saja</a></span>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-88520501561052208912008-12-15T09:31:00.002+07:002008-12-15T09:38:25.505+07:00The Divine Message of the DNA - Tuhan dalam Gen Kita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SUXCYX3cBtI/AAAAAAAAAJw/RKryZQLldyg/s1600-h/DNA.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 153px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SUXCYX3cBtI/AAAAAAAAAJw/RKryZQLldyg/s200/DNA.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5279839862140962514" /></a>Judul asli: <span style="font-style:italic;">Inochi no Angou</span><br />Terjemahan Indonesia diambil dari edisi Inggris: <span style="font-style:italic;">The Divine Code of Life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents</span> (2006)<br /><br />Penulis: Kazuo Murakami, Ph.D.<br />Penerjemah: Winny Prasetyowati<br />Penyunting: Andityas Prabantoro<br /><span style="font-style:italic;">Proofreader</span>: Eti Rohaeti<br />Penerbit terjemahan Indonesia: Mizan, Cetakan V: April 2008 (Cetakan I: Maret 2007)<br /><br />Gen atau DNA (<span style="font-style:italic;">deoxyribonucleic acid</span>) berisi semua informasi yang diperlukan untuk membentuk kehidupan. Gen menentukan fungsi dari sel dan terdapat di nukleus sel makhluk hidup. Kode genetik adalah kumpulan instruksi untuk membentuk protein. Protein bersama dengan air adalah salah satu zat terpenting dalam tubuh kita. Protein juga ditemukan dalam enzim-enzim yang penting untuk reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh kita. Dengan kata lain, protein adalah dasar dari fenomena yang kita sebut sebagai kehidupan.<br /><br />Struktur DNA ditemukan pada tahun 1953 dan sekarang kita dapat membaca cetak biru yang tertulis pada DNA--kode genetik dari bakteri, hewan, dan bahkan manusia. Kode genetik manusia tersusun dari lebih dari tiga milliar "huruf-huruf kimia' yang tersimpan dalam untai-untai mikroskopik yang memiliki berat hanya satu per 200 miliar gram dan lebar hanya 1/500.000 milimeter, namun jika direnggangkan memiliki panjang sekitar tiga meter. Wow.. betapa kecilnya!<br /><br />Walaupun gen diperlengkapi dengan begitu banyak informasi, namun tidak seluruh informasi itu digunakan. Gen dalam nukleus ditranskripsikan kepada setiap RNA (<span style="font-style:italic;">ribonucleic acid</span>) bila diperlukan. RNA dalam sel dengan segera diterjemahkan menjadi protein dan enzim, yang merupakan zat-zat paling penting bagi aktivitas sel. Namun, pada saat yang sama, mereka juga mencegah dibacanya informasi yang tidak perlu. Seperti mekanisme nyala padam pada peralatan listrik. Berdasarkan penemuan ini, penulis buku ini--Kazuo Murakami, Ph.D., ahli genetika terkemuka di dunia, pemenang Max Planck Research Award (1990) dan Japan Academy Prize (1996)-- meyakini bahwa kita dapat mengaktifkan gen-gen kita yang bermanfaat dan menjadikan mereka berguna bagi kita, dan sebaliknya menonaktifkan gen-gen yang tidak bermanfaat.<br /><br />Ada tiga faktor yang terlibat dalam aktivasi gen, yaitu gen itu sendiri, lingkungan, dan pikiran. Banyak orang percaya bahwa ciri-ciri yang diwariskan tidak pernah berubah. Sesuatu kemampuan (misal: kecerdasan atau atletik) memang berkaitan dengan gen. Namun tidak berarti bahwa seseorang sama sekali tidak memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan itu ada tetapi belum dinyalakan. Jika kita menghilangkan semua hambatan dan menyediakan lingkungan yang sesuai, maka potensi kita untuk berkembang akan tidak terbatas. Kemudian, berpikir positif--teruatama ketika mengalami kesulitan atau mengalami saat-saat buruk-- dapat menyalakan gen, merangsang otak dan tubuh untuk memproduksi hormon yang bermanfaat. Hal ini berarti mengembangkan kemampuan untuk mencari makna bahkan dalam kesulitan yang paling buruk, untuk memandang apa yang terjadi pada kita sebagai sebuah pesan atau hadiah. Segala sesuatu yang terjadi kepada kita memang perlu terjadi, baik maupun buruk.<br /><br />Di buku ini juga ditulis mengenai teori lain mengenai evolusi yang diajukan Lynn Margulis pada era 1960-an, yang dikenal sebagai Teori Endosimbiotik. Berbeda dengan teori evolusi Darwin, bahwa kita berevolusi melalui seleksi alam dan mutasi dan hanya yang paling layaklah yang dapat bertahan, Teori Endosimbiotik didasarkan pada ide bahwa kehidupan berevolusi melalui kerja sama mutualisme. Proses evolusi dimulai dari organisme bersel satu tanpa nukleus. Penggabungan antara beberapa sel sederhana atau bagian sel yang bekerja bersama untuk membentuk jenis sel baru membawa evolusi ke tingkatan berikutnya, yaitu sel yang memiliki nukleus. <br /><br />Motoo Kimura, seorang ahli genetik yang terkenal dengan teori evolusi netral, menyatakan bahwa kemungkinan sesosok makhluk hidup dapat dilahirkan sama dengan kemungkinan satu orang memenangi lotre $100 juta berturut-turut selama satu juta kali. Bahwa kita lahir saja adalah suatu prestasi yang ajaib! (yang karenanya harus disyukuri)<br /><br />Selama puluhan tahun meneliti gen yang sangat mikro, Kazuo Murakami yakin bahwa kode genetik tidak terjadi secara kebetulan, bahwa ada yang menuliskan cetak biru tersebut. Kazuo Murakami memiliki tiga saran yang dianggapnya sangat berguna dalam hidupnya. Saran-saran tersebut adalah (1) miliki niat yang mulia, (2) hidup dengan rasa terima kasih, dan (3) berpikir positif.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-91712553116485344462008-12-09T12:20:00.003+07:002008-12-09T12:26:27.536+07:00Maryamah Karpov<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/ST4A_w4uEII/AAAAAAAAAJo/z79qqU9qh00/s1600-h/MaryamahKarpov.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 128px; height: 200px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/ST4A_w4uEII/AAAAAAAAAJo/z79qqU9qh00/s200/MaryamahKarpov.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5277656908779360386" /></a>Penulis: Andrea Hirata<br />Penyunting: Imam Risdiyanto<br />Perancang sampul: Andreas Kusumahadi<br />Ilustrasi isi: Yudi Irawan<br />Pemeriksa aksara: Ifah Nurjany, Oktaviani<br />Penata aksara: Iyan Wb.<br />Penerbit: Bentang, cetakan I: November 2008<br /><br />Akhirnya..., terbit juga! Setelah diberitakan akan terbit September 2008, ternyata <span style="font-weight:bold;">Maryamah Karpov</span> akhirnya terbit pada akhir November 2008 yang lalu.<br /><br />Masih seru, masih ada lucu-lucunya, dan masih sangat percaya pada kekuatan mimpi. Apakah kekuatan mimpi ini membuktikan "<span style="font-style:italic;">law of attraction</span>"? Jika kita mendambakan sesuatu, berikhtiarlah sekuat tenaga dan pikiran. Pada akhirnya, akan ada jalan yang terbuka, dan tangan-tangan yang terulur siap membantu mewujudkan mimpi itu. Tapi, apakah ini berlaku untuk semua mimpi? <br /><br />Sebagian besar dari <span style="font-weight:bold;">Maryamah Karpov</span> bercerita tentang kehidupan Ikal di kampung halamannya--Belitong-- setelah lepas dari hidup bermandi madu ketika studi di Eropa. Dan sebagian besar dari cerita kehidupan di Belitong itu terkait dengan upaya Ikal mencari A Ling, impiannya. <br /><br />Di sinilah Andrea Hirata menunjukkan semakin menariknya ia bercerita dibandingkan di buku-buku sebelumnya. Tentang orang tuanya, tentang Arai--sepupunya--, tentang kebiasaan penduduk desanya, tentang teman-temannya Laskar Pelangi, tentang pembuatan perahu, tentang lanun di perairan Malaka, pendeknya tentang hal-hal yang sederhana maupun yang ajaib, yang belum pernah didengar atau diketahui.<br /><br />Meskipun demikian, ada juga yang mengganjal di buku ini (<span style="font-style:italic;">maafkan tukang protes ini..</span>), yaitu pengukuran tinggi badan Laskar Pelangi ketika kelas dua dan kelas tiga SMP (halaman 258). Apakah mungkin ABG menjadi lebih pendek dalam waktu satu tahun? Harun menjadi lebih pendek 1 cm, Ikal 3 cm, dan Syahdan 9 cm!<br /><br />Satu hal lagi yang ingin ditanyakan ke Ikal, setelah peristiwa yang ia alami, masihkah ia <span style="font-style:italic;">membungkus dengan tilam, menempatkan di atas nampan pualam</span>?Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-37028991453649504072008-11-16T21:21:00.002+07:002008-11-16T21:27:47.166+07:00Cara Terindah untuk Mati - Kado Kematian untuk Saudaraku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SSAs5CCJYtI/AAAAAAAAAJI/Fe5m3agM6vM/s1600-h/mati.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 222px; height: 320px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SSAs5CCJYtI/AAAAAAAAAJI/Fe5m3agM6vM/s320/mati.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269260922333520594" /></a>Penulis: Rachmat Ramadhana al-Banjari<br />Penerbit: DIVA Press, Yogyakarta<br />Cetakan I, Oktober 2007<br /><br /><blockquote>"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..."</blockquote> QS. an-Nisaa': 78<br /><br />Biasanya orang memberi atau menerima kado pada peristiwa penting dalam hidup seperti kelahiran, ulang tahun, atau pernikahan. Kematian adalah suatu peristiwa penting yang pasti akan datang. Tidak ada seorangpun yang mampu menolak atau menunda kehadirannya. Tidak ada satu pun jiwa yang dapat menjamin bahwa dia akan menjalani kehidupan di dunia satu detik, satu menit, satu jam, atau satu hari ke depan. Nah, "kado kematian"; apa pula ini?<br /><br />Buku "<span style="font-weight:bold;">Cara Terindah untuk Mati - Kado Kematian untuk Saudaraku</span>" adalah kado dari penulis buku ini --Rachmat Ramadhana al-Banjari-- untuk saudara-saudaranya dalam rangka memperingati kematian. Buku ini mengingatkan pembacanya antara lain mengenai hakikat kematian, jenis-jenis kematian, indikasi datangnya maut, proses pencabutan ruh, keadaan di alam kubur, serta bekal menyongsong kematian, termasuk muhasabah diri (menghisab diri sendiri), sampai pada meraih husnul khatimah. <br /><br />Kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia, melainkan transisi untuk memasuki kehidupan di alam baru. Namun sesungguhnya, selain kematian alami terdapat jenis kematian lainnya, seperti kematian iradi (maknawi), kematian suri, kematian kecil, dan kematian hakiki. Kematian hakiki sering tidak disadari, yaitu bahwa secara hakiki diri seseorang sudah mati, yaitu potensi fitrah yang telah mati yang berakibat kematian keimanan, keislaman, keikhsanan, ketauhidan, dan ketakwaan di hadapan Allah SWT. Kematian hakiki terjadi akibat sering melakukan pengingkaran, kemusyrikan, kekafiran, kezhaliman, kefasikan, atau kemaksiatan terhadap perintah Allah dan rasul-Nya.<br /><br />Bagaimana agar kematian tidak menjadi momok menakutkan? Jalan terbaik adalah dengan mempersiapkan bekal perjalanan abadi tersebut, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Buku ini secara khusus mengingatkan kita kepada kematian kita. Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan abadi kita?Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-336930178775828712008-06-07T16:49:00.000+07:002008-06-07T16:49:52.608+07:00Dari Parangakik Ke Kampuchea<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SEpXVAFR44I/AAAAAAAAAGk/oVvcDS-hRH4/s1600-h/kampuchea.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SEpXVAFR44I/AAAAAAAAAGk/oVvcDS-hRH4/s200/kampuchea.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5209071937318413186" /></a>Penulis: Nh. Dini<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ke-2: 2005 (Cetakan ke-1: 2003)<br /><br />Episode <span style="font-weight:bold;">Dari Parangakik Ke Kampuchea</span> berlangsung jauh sebelum episode <a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2007/03/la-grande-borne.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;"><span style="font-weight:bold;">La Grande Borne</span></span></a> dan <a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2008/06/argenteuil-hidup-memisahkan-diri.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">Argenteuil</span></a>, yaitu ketika pasangan Dini dan Yves baru memiliki Lintang. Di sini Dini menceritakan kehidupan keluarganya bersama Lintang yang masih balita (Dini sering disangka sebagai pengasuh Lintang) dan suaminya yang perhitungan sehubungan dengan penugasan suami ke Kamboja, negeri sang Pangeran Kecil (--dari buku Antoine de Saint-Exupéry, julukan rakyat Prancis untuk Pangeran Norodom Sihanouk).<br /><br />Dari Prancis ke Kamboja, Dini dan Lintang menumpang Kapal <span style="font-style:italic;">Vietnam</span> sampai Saigon dilanjutkan terbang ke Phnom Penh, sementara suami akan menyusul terbang dan bertemu di Saigon. Di kapal Vietnam itulah Dini bertemu dengan Bagus, sang Kapten kapal, yang kemudian menjadi kekasihnya. Pengalaman di Kapal <span style="font-style:italic;">Vietnam</span> inilah yang menjadi cikal bakal buku <span style="font-weight:bold;">Pada Sebuah Kapal</span>. <br /><br />Sedangkan kehidupan Dini di Kamboja berisi kegiatan menjadi ibu rumah tangga di rumah dinas milik Kedutaan Prancis, menyelenggarakan pesta atau resepsi baik di Phnom Penh ataupun di Sihanoukville, aktivitasnya di WIC, dan beberapa kali pertemuannya dengan kekasih. Di Kamboja, secara tidak sengaja Dini bertemu rombongan kesenian Indonesia yang dipimpin Profesor Doktor Priyono--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada waktu itu-- yang sedang singgah di Phnom Penh setelah berkeliling RRC dan Vietnam. Di dalam rombongan juga ada Pak Kusni--pendiri Ngesti Pandowo-- yang sudah dikenal Dini dan Bulantrisna Djelantik--penari dari Bali-- yang waktu itu masih SMP. Pada waktu itu map naskah <span style="font-weight:bold;">Pada Sebuah Kapal</span> sudah dibagi dua: Penari dan Pelaut. <br /><br />Sebagai seorang pengarang, pada waktu itu (tahun 1960-an awal) Dini sudah memiliki cara kerja menggunakan map-map untuk tiap-tiap naskah dan setiap malam dia menulis buku harian. Seperti <span style="font-style:italic;">file-file</span> di dalam folder-folder komputer ya? Dan tampaknya Dini disiplin untuk menulis cerita dan buku hariannya. Hasilnya antara lain ya buku-buku dalam seri kenangan ini, alat Dini untuk berbagi kisah, yang menjadikannya tukang cerita yang mumpuni dan produktif.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-73286840057906977282008-06-07T13:54:00.001+07:002008-06-07T13:59:19.037+07:00Argenteuil - Hidup Memisahkan Diri<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SEoxojKSHiI/AAAAAAAAAGc/H-JLCaWXrtE/s1600-h/argenteuil.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SEoxojKSHiI/AAAAAAAAAGc/H-JLCaWXrtE/s200/argenteuil.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5209030491710299682" /></a><br />Penulis: Nh. Dini<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008<br /><br />Setelah <a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2007/03/la-grande-borne.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">La Grande Borne</span></a>, Dini melanjutkan seri kenangannya dengan <span style="font-weight:bold;">Argenteuil - Hidup Memisahkan Diri</span>. Argenteuil terletak di barat laut Paris. Di rumah Tuan Willm di Argenteuil, rumah yang pernah ditempati Karl Marx, Dini bekerja sebagai <span style="font-style:italic;">dame de compagnie</span>--wanita yang menemani--. <br /><br />Ketika itu, suami Dini bertugas di Detroit, Amerika Serikat. Anak bungsu mereka--Padang-- ikut ke Detroit, sedangkan yang sulung--Lintang-- masih di Prancis menyelesaikan <span style="font-style:italic;">Bac</span>-nya (satu tahun setelah SMA). Ketika suami di Amerika Serikat ini, Dini menulis surat ke suami tentang perpisahan perkawinan mereka. Sebelumnya, Dini sudah berbicara dengan anak-anaknya bagaimana jika Dini berpisah dengan ayah anak-anaknya.<br /><br />Seperti di buku-buku lain dalam seri kenangannya, cerita-cerita Dini di Argenteuil sangat mengasyikkan. Percakapannya dengan Padang ketika mencari tahu bagaimana pendapat Padang jika orangtuanya berpisah. Cerita mengenai kucing Miu yang tidak mau makan ketika mereka sekeluarga berkemas pindah. Cerita ketika menjamu tamu dan tetangga pada pesta Natal di Detroit. Bagaimana Dini menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Padang ketika teman-teman Padang di USA tidak bisa mengucapkan namanya dengan baik. Juga ketika Dini bertemu keluarga Bagus--kekasihnya--, kehidupannya di Argenteuil, serta ketika menjadi sukarelawan bagi <span style="font-style:italic;">Les Amis de la Nature</span> dan bertemu Brigitte Bardot. <br /><br />Dalam menyiapkan ujian Bac, ketika Lintang berakhir pekan di rumah Tuan Willm, beberapa kali dia berdiskusi dengan Tuan Willm mengenai novel-novel yang harus dibacanya. Untuk ujian bahasa Prancis, sekolah memberikan daftar 65 judul novel yang harus dibaca! Dini bercerita bahwa ketika seusia dengan anak sulungnya, Dini pun sudah mampu mendalami dan mengerti isi buku-buku berbobot karya pengarang Indonesia dan dunia. Ketika duduk di dua kelas terakhir SMU , Dini sudah melahap buku-buku berbahasa Inggris tulisan Daphne du Maurier, Shakespeare, Pearl S. Buck, Goethe, Edgar Allan Poe, Leo Tolstoy dan lainnya. Dini bahkan menghapalkan beberapa ungkapan atau bait puisi Goethe! (halaman 134) Wow! <span style="font-style:italic;">Dulu ketika lulus SMA ataupun lulus TPB (tahun pertama di PT) berapa buku ya yang sudah saya baca? Rasanya koq sangat sedikit :( Tidak seperti Lintang atau Dini.</span> <br /><br />Dini tinggal di Argenteuil sampai beberapa bulan setelah Tuan Willm meninggal. Lintang sudah lulus Bac dan akan ke Detroit bersama Dini. Padang sudah minta ke ayahnya supaya Dini datang dan tinggal sampai Natal dan Tahun Baru. Bagaimanakah kisah Dini, keluarga, dan kenalannya selanjutnya? <span style="font-style:italic;">Jadi nagih ni..</span>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-38897207322635726402008-05-24T19:11:00.006+07:002008-05-30T11:47:54.191+07:00Majalah Tempo - Edisi Khusus Kebangkitan Nasional 1908-2008<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SDgDtr5locI/AAAAAAAAAGU/Xyf_-ydXfgw/s1600-h/tempo100.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SDgDtr5locI/AAAAAAAAAGU/Xyf_-ydXfgw/s200/tempo100.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5203913452839870914" /></a><br /><span style="font-weight:bold;">Indonesia Yang Kuimpikan<br />100 catatan yang merekam perjalanan sebuah negeri</span><br /><br />Banyak cara memperingati 100 tahun kebangkitan nasional tanggal 20 Mei 2008 yang lalu. Majalah Tempo memperingatinya dengan menampilkan 100 naskah yang berkaitan dengan kisah perjalanan bangsa Indonesia. Baik berupa buku, maklumat, peta, pidato, catatan harian, puisi, prosa, fiksi, dan nonfiksi. Penulis berbagai teks tidak hanya orang Indonesia, tetapi juga orang-orang asing. Sedangkan uraian mengenai suatu teks ditulis tidak hanya oleh Tim Penyusun, tetapi juga oleh penulis-penulis di luar Majalah Tempo.<br /><br />Tentu saja untuk memilih 100 teks tersebut tidak mudah. Tim Penyusun menyadari bahwa pasti ada pilihan yang dirasakan pembaca tidak tepat. Atau malah ada yang tertinggal atau terlupakan. Disebutkan bahwa pengkategorian teks bukan berdasarkan peringkat, melainkan berdasarkan jenis. <br /><br />Memang betul. Terus terang, saya juga merasakan bahwa ada pilihan yang menurut saya tidak tepat, seperti misalnya--dengan segenap rasa hormat kepada penulis buku-- (20) <span style="font-weight:bold;">Perubahan Sosial di Yogyakarta</span> - Selo Sumardjan atau (36) <span style="font-weight:bold;">Pemberontakan Petani Banten 1888</span> - Sartono Kartodirdjo. Menurut saya, kedua buku tersebut bersifat lokal. Tetapi Tim Penyusun berpendapat bahwa <span style="font-weight:bold;">Pemberontakan Petani Banten</span> dipilih untuk membuktikan bahwa bukan hanya orang terpelajar yang menggerakkan sejarah, tapi juga orang kecil (halaman 27). Sedangkan <span style="font-weight:bold;">Perubahan Sosial di Yogyakarta</span> dipilih mungkin karena fungsi Kota Yogya yang menjadi ibukota Republik Indonesia pada 1946-1949 sehingga mempengaruhi kondisi sosial penduduk (dan pendatang) di Yogya. Ataupun buku (16) <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">The Religion of Java</span></span> - Clifford Geertz. Saya belum pernah membaca buku Geertz. Tetapi apakah ada pengaruh keagamaan orang Jawa terhadap kebangsaan Indonesia? <br /><br />Kemudian, mengenai teks (5) <span style="font-weight:bold;">Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945</span> - Mohammad Yamin; jika dirasakan teks tersebut tidak lengkap atau ada yang sengaja disembunyikan oleh Yamin, mengapa tidak dipilih <span style="font-weight:bold;">Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan</span> - tim bentukan Sekretariat Negara yang di uraian disebutkan merevisi buku Yamin tadi dan tentu saja lebih lengkap? <br /><br />Hal lain yang agak mengganggu adalah sebagian besar judul teks tidak ditampilkan dengan nama pengarang/penulis/editor. Selain no urut dan judul teks, hanya ditulis penerbit dan tahun terbit. Untuk mengetahui penulis atau editor suatu buku, kita harus mencarinya di <span style="font-style:italic;">image cover </span>buku (yang lumayan kecil) atau di dalam uraian yang menyertai. Misalnya (24) <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">Culture and Politics in Indonesia</span></span> - Cornell University Press, London(?) (1972), siapa penulis/editornya? Tidak ada <span style="font-style:italic;">image cover</span> buku, hanya disebutkan bahwa para penulisnya mewakili sejumlah ahli antropologi, sejarah, dan ilmu politik.<br /><br />Masih terkait dengan penyajian, no (26) <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">Science and Scientists in the Netherlands Indies</span> - Board for the Netherlands Indies, Surinam & Curaçao</span>, New York (1945) mengapa tidak berurutan dengan no (35) <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">Six Decades of Science and Scientists in Indonesia</span></span> - Naturindo, Bogor (2005)? Padahal buku yang kedua ini digagas sebagai penerus buku pertama, meskipun disusun dan diterbitkan oleh pihak yang berbeda.<br /><br />Satu hal lagi agak mengganggu saya, yaitu penggunaan kata "enggak" pada uraian (63)--mohon maaf kepada penulis atau editor Tim Penyusun--. Karena kata tersebut menurut saya bukan bahasa baku, sebaiknya dicetak miring atau diganti dengan kata "tidak".<br /><br />Pilihan 100 catatan versi Majalah Tempo ini tidak terbatas hanya pada teks tetapi juga meliputi karya grafis seperti atlas atau bahkan komik (89) <span style="font-weight:bold;">Wiro "Anak Rimba Indonesia"</span> dan komik (90) <span style="font-weight:bold;">Keulana</span>. <br /><br />Kalau saya boleh usul, maka saya akan mengusulkan partitur musik dan lirik "Indonesia Raya" ke dalam 100 catatan ini. "Indonesia Raya" sudah mengawal sejak Konggres Pemuda pada 26-28 Oktober 1928 dan masih berkumandang di Indonesia sampai ke luar negeri (paling tidak di kedutaan-kedutaan besar Indonesia di luar negeri). <br /><br />Ke-100 catatan pilihan Majalah Tempo ini akan menjadi karya-karya klasik tentang Indonesia. Dibutuhkan kerja keras dari Tim Penyusun untuk memilah-milahnya, mencari bahan-bahan lama di berbagai tempat, dan meramunya menjadi uraian yang jelas dan informatif tentang suatu karya. Apalagi kesadaran untuk mendokumentasikan bahan atau naskah penting di Indonesia masih rendah. Melalui edisi khusus Kebangkitan Nasional 1908-1928 ini, Majalah Tempo telah menunjukkan bahan-bahan--dan karenanya memudahkan kita-- untuk mereka ulang perjalanan bangsa. Mudah-mudahan apa yang sudah dilakukan Majalah Tempo bisa dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan memisahkan bahan-bahan dari penulis luar dan dari Indonesia, atau memperluas bahan dengan kategori yang lebih beragam.<br /><br />Seratus catatan yang merekam perjalanan Indonesia versi Majalah Tempo adalah: (<strike><span style="font-style:italic;">bersambung</span></strike>)<br />1. <span style="font-weight:bold;">Demokrasi Kita</span> - Mohammad Hatta (1966)<br />2. Dasar Politik Luar Negeri Indonesia (<span style="font-weight:bold;">Mendayung Antara Dua Karang</span>) - Mohammad Hatta (1946)<br />3. <span style="font-weight:bold;">Beberapa Fasal Ekonomi</span> - Mohammad Hatta (1942)<br />4. <span style="font-weight:bold;">Di Bawah Bendera Revolusi</span> (Jilid I) - Soekarno (1959)<br />5. Naskah <span style="font-weight:bold;">Persiapan Undang-Undang Dasar 1945</span> - Mr. Mohammad Yamin (1959)<br />6. <span style="font-weight:bold;">Aspirasi Pemerintahan Kolonial Di Indonesia: Studi Sosio-Legal Atas Konstituante 1956-1959</span> - Adnan Buyung Nasution (1995)<br />7. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Massa Actie in Indonesia</span></span> - Tan Malaka (1926)<br />8. <span style="font-weight:bold;">Madilog</span> - Tan Malaka (1943)<br />9. <span style="font-weight:bold;">Dari Penjara Ke Penjara</span> - Tan Malaka (1948)<br />10. <span style="font-weight:bold;">Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia</span> - AH Nasution (1977)<br />11. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia</span></span> - Herbert Feith (1973)<br />12. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Dualistische Economy</span></span> - Boeke (1930)<br />13. <span style="font-weight:bold;">Seni Lukis, Kesenian, Dan Seniman</span> - Soedjojono (194?)<br />14. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Nationalism and Revolution in Indonesia</span></span> - George Kahin (1952)<br />15. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Indonesian Political Thinking: 1945-1965</span></span> _ Herbert Feith dan Lance Castles (1970)<br />16. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Religion of Java</span></span> - Clifford Geertz (1960)<br />17. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Netherlands Indie, A Study of Plural Economy</span> </span>- ? (1944)<br />18. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Capita Selecta</span></span> - M Natsir (1955)<br />19. <span style="font-weight:bold;">I<span style="font-style:italic;">ndonesia in den Pacific Kernproblemen van den Aziatischen</span></span> - GSSJ Ratulangie (1937)<br />20. <span style="font-weight:bold;">Perubahan Sosial Di Yogyakarta</span> - Selo Soemardjan (1990)<br />21. <span style="font-weight:bold;">Dasar-Dasar Pemikiran Tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun</span> - Ali Moertopo (1973)<br />22. <span style="font-weight:bold;">Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia</span> - editor(?): Koentjaraningrat (1971)<br />23. <span style="font-weight:bold;">Politik Luar Negeri Indonsia Dan Pelaksanaannya Dewasa Ini</span> - Mochtar Kusumaatmadja (1983)<br />24. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Culture and Politics in Indonesia</span></span> - ? (1972)<br />25. a) <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Art in Indonesia: Continuities and Change</span></span> - Claire Holt (1967)<br /> b) <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">An Introduction to Indonesia Historiography</span></span> - editor: Soedjatmoko and ? (1965)<br />26. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Science and Scientist in the Netherlands Indies</span></span> - ? (1945)<br />27. <span style="font-weight:bold;">Alam Asli Indonesia: Flora, Fauna, Dan Keserasian</span> - Kathy MacKinnon (1986)<br />28. <span style="font-weight:bold;">Ekonomi Pancasila: Gagasan Dan Kemungkinan</span> - Mubyarto (1981)<br />29. <span style="font-weight:bold;">NU, Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru</span> - Martin(?) (1994)<br />30. <span style="font-weight:bold;">Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban) </span>- Mochtar Lubis (1981)<br />31. <span style="font-weight:bold;">Catatan Subversif</span> - Mochtar Lubis (1987)<br />32. <span style="font-weight:bold;">Pembagian Kekuasaan Negara</span> - Ismail Suny (1978)<br />33. <span style="font-weight:bold;">Laporan Dari Banaran</span> - TB Silalahi (1960)<br />34. <span style="font-weight:bold;">Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin</span> - Nakamura(?) (1983)<br />35. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Six Decades of Science and Scientists in Indonesia</span></span> - Setijati (?) dkk (2005)<br />36. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Peasants' Revolt of Banten in 1988</span></span>, ... - Sartono Kartodirdjo (1984)<br />37. <span style="font-weight:bold;">Pedoman Etik Penelitian Kedokteran Indonesia</span> - editor: Prof. Dr. Sri Oemijati, Dr. Rianto Setiabudy, Dr. Arif Budijanto (1986)<br />38. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia</span></span> - Benedict Anderson (1971)<br />39. <span style="font-weight:bold;">125 Tahun Pendidikan Dokter Di Indonesia 1851-1976</span> - Fakultas Kedokteran UI (1976)<br />40. <span style="font-weight:bold;">Ekologi Pedesaan: Sebuah Bunga Rampai </span>- Sajogyo (1982)<br />41. <span style="font-weight:bold;">Di Tepi Kali Bekasi</span> - Pramudya Ananta Tur (1951)<br />42. Tetralogi Pulau Buru (<span style="font-weight:bold;">Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca</span>) - Pramoedya Ananta Toer (1980, 1980, 1985, 1988)<br />43. <span style="font-weight:bold;">Siti Nurbaya</span> - Marah Rusli (1920)<br />44. <span style="font-weight:bold;">Belenggu</span> - Armijn Pane (1940)<br />45. <span style="font-weight:bold;">Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma</span> - Idrus (1948)<br />46.<span style="font-weight:bold;"> Surabaya</span> - Idrus (1947)<br />47. <span style="font-weight:bold;">Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia</span> - Sutan Takdir Alisjahbana (1949)<br />48. <span style="font-weight:bold;">Layar Terkembang</span> - Sutan Takdir Alisjahbana (1936)<br />49. <span style="font-weight:bold;">Salah Asuhan</span> - Abdoel Moeis (1928)<br />50. <span style="font-weight:bold;">Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</span> - Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) (1938)<br />51. <span style="font-weight:bold;">Jalan Tak Ada Ujung</span> - Mochtar Lubis (1952)<br />52. <span style="font-weight:bold;">Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik Dan Esei </span>- HB Jassin (1954)<br />53. <span style="font-weight:bold;">Revolusi Di Nusa Damai</span> - K'tut Tantri (1961, 1964)<br />54. <span style="font-weight:bold;">Bebasari</span> - Roestam Effendi (1920?)<br />55. <span style="font-weight:bold;">Burung-Burung Manyar</span> - YB Mangunwijaya (1981)<br />56. <span style="font-weight:bold;">Sandhyakala Ning Majapahit</span> - Sanusi Pane (1932)<br />57. Naskah <span style="font-weight:bold;">Proklamasi</span> - Soekarno-Hatta (1945)<br />58. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Indonesia Vrij</span></span>- Mohammad Hatta (1928)<br />59. <span style="font-weight:bold;">Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam Dan Masalah Integrasi Umat </span>- Nurcholish Madjid (2 Januari 1970)<br />60. <span style="font-weight:bold;">Dekrit Presiden 5 Juli 1959</span> - Presiden Soekarno<br />61. <span style="font-weight:bold;">Garis-Garis Besar Haluan Negara</span> (1973-1998)<br />62. <span style="font-weight:bold;">Pidato BJ Habibie di Bonn, Jerman, 14 Juni 1983</span><br />63. <span style="font-weight:bold;">Seandainya Aku Seorang Belanda (<span style="font-style:italic;">Als Ik Eens Nerderlander Was</span>)</span> - Ki Hajar Dewantara (1913)<br />64. <span style="font-weight:bold;">Pidato Lahirnya Pancasila</span> - Soekarno (1 Juni 1945)<br />65. <span style="font-weight:bold;">Hasil Seminar Ekonomi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia 1966</span><br />66. <span style="font-weight:bold;">Pidato Nirwan Dewanto Saat Kongres Kebudayaan IV</span> (29 Oktober - 3 November 1991)<br />67. <span style="font-weight:bold;">Manifes Kebudayaan</span> (17 Agustus 1963)<br />68. <span style="font-weight:bold;">Surat Kepercayaan Gelanggang </span>(22 Oktober 1950)<br />69. <span style="font-weight:bold;">Sumpah Pemuda</span> (28 Oktober 1928)<br />70. <span style="font-weight:bold;">Maklumat Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin Mengenai Kemerdekaan Pers</span> (Oktober 1945)<br />71. <span style="font-weight:bold;">Habis Gelap Terbitlah Terang</span> - RA Kartini (1922)<br />72. <span style="font-weight:bold;">Catatan Seoang Demonstran</span> - Soe Hok Gie (1983)<br />73. <span style="font-weight:bold;">Pergolakan Pemikiran Islam</span> - Ahmad Wahib (1981)<br />74. <span style="font-weight:bold;">Polemik Manifesto Politik</span> - Harian "Merdeka" dan "Harian Rakjat" (3-8 Juli 1964)<br />75. <span style="font-weight:bold;">Perjuangan Kita</span> - Sutan Sjahrir (1945)<br />76. <span style="font-weight:bold;">Melawan Melalui Lelucon</span> - Abdurrachman Wahid (2000)<br />77. <span style="font-weight:bold;">Polemik Soetatmo Soerjokoesoemo dan Tjipto Mangoenkoesoemo</span> (1918)<br />78. <span style="font-weight:bold;">Polemik Kebudayaan</span> (1935)<br />79. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Integrative Revolution: Primordial Sentiments, and Civil Politics in the New States</span></span> - Clifford Geetz (1963)<br />80. <span style="font-weight:bold;">Defisiensi Vitamin B1</span>: Artikel Tentang Eijkman Dan Hasil Penelitiannya - Christiaan Eijkman (1929)<br />81. <span style="font-weight:bold;">Student Indonesia</span> - Dr. Abdul Rivai (November 1926 - Mei 1928, 2000)<br />82. Artikel <span style="font-weight:bold;">Pranakan Arab Dan Totoknya</span> - ARA Baswedan (1934)<br />83. <span style="font-weight:bold;">Masalah Tionghoa Di Indonesia: Asimilasi vs Integrasi</span> (6 Februari - 25 Juni 1960)<br />84. <span style="font-weight:bold;">Penduduk Dan Kemiskinan</span> - Masri Singarimbun (1976)<br />85. <span style="font-weight:bold;">Deru Campur Debu</span> - Chairil Anwar (1949)<br />86. <span style="font-weight:bold;">Tirani Dan Benteng</span> - Taufiq Ismail (1966)<br />87. <span style="font-weight:bold;">Potret Pembangunan Dalam Puisi</span> - WS Rendra (1980)<br />88. <span style="font-weight:bold;">Aku Ingin Jadi Peluru</span> - Wiji Thukul (2000) <br />89. <span style="font-weight:bold;">Wiro "Anak Rimba Indonesia"</span> (1956)<br />90. <span style="font-weight:bold;">Keulana</span> - Taguan Hardjo (1959)<br />91. <span style="font-weight:bold;">Matinya Seorang Petani</span> - Agam Wispi (1955)<br />92. <span style="font-weight:bold;">Kompasiana</span> _ PK Ojong (1966-1971)<br />93. <span style="font-weight:bold;">Melawat Ke Barat</span> - Djamaluddin Adinegoro (1927-1929)<br />94. <span style="font-weight:bold;">Perjalanan Keliling Indonesia</span> - Gerson Poyk (1970-1980-an)<br />95. Koran <span style="font-weight:bold;">"Medan Prijaji"</span> (1907-1912)<br />96. <span style="font-weight:bold;">Kisah-Kisah Jakarta</span> - Rosihan Anwar (1977)<br />97. <span style="font-weight:bold;">Catatan Di Sumatera</span> - Muhammad Radjab (1949)<br />98. <span style="font-weight:bold;">Atlas Semesta Dunia</span> - Djamaluddin Adinegoro dan Adam Bachtiar (1952)<br />99. <span style="font-weight:bold;">Ensiklopedi Indonesia</span> - Pemimpin Redaksi: TSG Mulia dan KAH Hidding (1955)<br />100. <span style="font-weight:bold;">Kamus Umum Bahasa Indonesia</span> - WJS Poerwadarminta (1952)<br /><span style="font-style:italic;">(ditambahkan pada 30 Mei 2008 11:35 AM; penulisan beberapa judul buku/tulisan disesuaikan dengan ejaan yang berlaku sekarang)</span>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-71545657663840354592008-05-14T20:12:00.004+07:002008-05-14T20:27:30.500+07:00DailyLit: Read books by email and RSS<span style="font-style:italic;"></span>Di era internet ini ketika kita kebanjiran informasi, rasanya kita jadi tidak punya waktu untuk membaca buku ya? (x_x). Untunglah ada <a href="http://dailylit.com/" target="_blank">DailyLit</a> yang memanfaatkan fasilitas email atau RSS agar kita sempat membaca buku terutama buku-buku yang sudah masuk dalam <span style="font-style:italic;">public domain</span>. Sebagian besar buku (700 judul lebih) bisa dibaca gratis dan sebagian kecil lainnya berbayar. Ada "<span style="font-style:italic;">Anna Karenina</span>" dan "<span style="font-style:italic;">War and Peace</span>"-nya Tolstoy, ada yang dari Nikolai Gogol, juga ada <span style="font-style:italic;">Bible</span> dan terjemahan <span style="font-style:italic;">Al-Quran</span>, beberapa buku berbahasa non-Inggris, dan masih banyak lagi, dan katanya koleksinya masih akan terus ditambah.<br /><br />Cara berlangganannya sangat mudah dan bisa diatur apakah mau lewat email atau RSS. Kapan mau di-<span style="font-style:italic;">update</span> juga bisa diatur; apakah mau setiap hari, pada hari kerja, atau hari-hari tertentu saja (Senin, Rabu, Jumat). Bahkan jam di-<span style="font-style:italic;">update</span> pun bisa diatur!<br /><br />Membaca buku lewat RSS ini pernah saya lakukan untuk "<a href="http://buku-buku-buku.blogspot.com/2006/06/notebooks-of-leonardo-da-vinci.html">The Notebooks of Leonarda Da Vinci</a>" (bukan dari DailyLit, tetapi dari <a href="http://interconnected.org/home/more/davinci/index.html" target="_blank">sini</a>), meskipun sekarang sedang terputus akibat saya mengganti komputer. X(..)<br /><br />Kembali ke DailyLit, saya menjajalnya dengan berlangganan "<a href="http://www.dailylit.com/books/autobiography-of-benjamin-franklin" target="_blank"><span style="font-style:italic;">The Autobiography of Benjamin Franklin</span></a>" lewat RSS. Kalau Anda, buku apa yang Anda pilih?Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-80743889147913054422008-05-11T15:05:00.002+07:002008-05-11T15:28:19.888+07:00Palestina Membara (d/h Palestina 1 - 2) Duka Orang-Orang Terusir<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapvpPuloI/AAAAAAAAAF8/oB-R34K5pmE/s1600-h/palestina1.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapvpPuloI/AAAAAAAAAF8/oB-R34K5pmE/s200/palestina1.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199029455836583554" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapv5PulpI/AAAAAAAAAGE/ZfAEdGjlfd4/s1600-h/palestina2a.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapv5PulpI/AAAAAAAAAGE/ZfAEdGjlfd4/s200/palestina2a.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199029460131550866" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapv5PulqI/AAAAAAAAAGM/90Xyy4xVyig/s1600-h/palestina2b.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/SCapv5PulqI/AAAAAAAAAGM/90Xyy4xVyig/s200/palestina2b.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5199029460131550882" /></a><br />Judul asli: <span style="font-style:italic;">Palestine</span><br />Karya: Joe Sacco<br />Pengantar: Edward Said dan Goenawan Mohamad--pada edisi Indonesia-- <br />Penerjemah: Ary Nilandari<br />Penyunting naskah: Salman Faridi <br />Desain sampul: Andi Yudha A.<br />Penerbit: DAR! Mizan<br />Cetakan I, Maret 2008 (d/h Cetakan I, November 2003)<br /><br />Novel grafis <span style="font-weight:bold;">Palestina Membara</span> (1 jilid) pada tahun 2003 pernah diterbitkan sebagai <span style="font-weight:bold;">Palestina 1</span> dan <span style="font-weight:bold;">Palestina 2</span> (2 jilid). Kami terkecoh, menyangka buku baru, ternyata kami sudah punya buku ini. Hanya saja, buku ini dulu diterbitkan dalam 2 jilid, sekarang dalam 1 jilid.<br /><br />Di dalam <span style="font-weight:bold;">Palestina Membara</span> (d/h <span style="font-weight:bold;">Palestina</span>), Joe Sacco menceritakan perjalanannya berkunjung ke kamp-kamp pengungsi Palestina, melihat apa yang terjadi dan suasana keseharian di sana. Dia mewawancara orang-orang; tidak hanya menanyakan pengalaman dan keseharian mereka, tetapi juga menanyakan perasaan dan menangkap ekspresi wajah dan tubuh mereka. Dan Joe Sacco memiliki kelebihan lain: dia juga bercerita melalui gambar. <br /><br />Wow, bercerita lewat kata-kata saja sudah sulit, ditambah bercerita lewat gambar. Format gambarnya pun bermacam-macam: seperti komik biasa (satu halaman dibagi dalam beberapa kotak), gambar satu halaman penuh, atau seperti majalah dengan kolom-kolom yang dilengkapi gambar. Jadinya sangat padat dan informatif, padahal sebagian besar isinya adalah penderitaan orang-orang Palestina.<br /><br />Alkisah, di dalam Joshua 1 : 3 termuat sebagai berikut: <br /><blockquote>Setiap tempat yang dilangkahi telapak kakimu telah kuberikan kepadamu seperti yang kujanjikan kepada Musa. Dari padang liar dan Lebanon ini hingga sungai Euphrates, seluruh tanah Hitit sampai ...</blockquote><br /><br />Pada tahun 1917, Lord Balfour dari Inggris menandatangani deklarasi dan para zionis memperoleh komitmen Inggris untuk sebuah negeri di Palestina untuk kaum Yahudi. "Negeri tanpa rakyat untuk rakyat tanpa negeri" (halaman 12). Tapi benarkah demikian? Pada tahun 1917 banyak orang Arab tinggal di Palestina. Ketika itu perbandingan Arab dan Yahudi adalah 10 banding 1.<br /><br />Pengusiran warga Palestina ternyata sudah menjadi gagasan pada akhir 1800-an sejak Theodor Herzl merumuskan Zionisme modern. "Kita harus memindahkan secara diam-diam populasi miskin itu [sic] ke luar perbatasan dengan menciptakan pekerjaan untuknya di negara-negara transit, sementara melarangnya bekerja di negara kita sendiri." <br /><br />Menurut Perdana Menteri pertama Israel, David Ben-Gurion, orang Palestina "sama nyamannya apakah dia di Yordania, Lebanon, atau tempat-tempat lain". Bagi Ben-Gurion tidak ada "pemindahan diam-diam", yang ada adalah "serangan telak yang mengakibatkan kehancuran rumah-rumah dan pengusiran populasi". "Warga Palestina hanya punya satu peran lagi... untuk lari."<br /><br />Setelah tahun 1948, Perdana Menteri Golda Meier menganggap, "Seolah-olah ada orang-orang Palestina yang menganggap diri mereka warga Palestina dan kami datang lalu mendepak mereka keluar dan mengambil negeri mereka. Tidak begitu. Mereka tidak ada." (halaman 42) <br /><br /><span style="font-style:italic;">Mereka tidak ada? </span> Selama dan setelah perang tahun 1948 nyaris 400 desa Palestina dihancurkan Israel. Rumah dan tanah orang Palestina dinyatakan "ditinggalkan" atau "tidak diolah" dan diambil alih untuk permukiman Yahudi.<br /><br />Dan datanglah Joe Sacco, yang kemudian bercerita dan menggambarkan untuk kita tentang orang-orang Palestina: mereka yang lari pada tahun 1948, mereka yang rumah dan kebun zaitunnya dihancurkan, anak sekolah yang tertembak, orang-orang yang bekerja di Israel yang harus memiliki beberapa macam izin, orang-orang pengangguran, anak muda yang beberapa kali ditembak, orang-orang yang pernah dipenjara (menjadikan mereka yang belum pernah dipenjara merasa malu), peraturan berusaha yang sangat merugikan orang-orang Palestina, listrik yang mati, distribusi air yang disengaja agar orang Palestina mendapat air yang asin, suami-istri yang terpisah karena tidak mendapat izin (Israel) untuk keluar atau masuk Palestina, anak yang sedang berteduh dari hujan dan diusir oleh tentara karena tentara-tentara itulah yang akan berteduh dan anak itu yang harus berhujan-hujan, dan lain-lain, dan sebagainya.<br /><br />Tidak hanya itu, Joe Sacco juga bercerita tentang bagaimna orang Palestina menerima dan menjamu tamu: suguhan teh atau kopi, hidangan-hidangan makan malam, orang Palestina yang mempersilakan Joe Sacco tidur di tempat tidur sedangkan pemilik rumah tidur di lantai yang dingin. Bahkan ada pemilik rumah yang menawarkan baju dalamnya ketika tahu Joe Sacco tidak membawa ganti. <br /><br />Setelah 60 tahun berlalu dari perang 1948, 41 tahun dari perang tahun 1967, 21 tahun dari Intifada, nasib orang Palestina tidak membaik, kalau tidak dikatakan semakin memburuk. Banyak orang Palestina bertanya ke Joe Sacco, bahwa sudah banyak jurnalis yang datang, mewawancara dan membuat foto-foto, tetapi apa gunanya bagi orang Palestina? <br /><br />Paling tidak, dengan adanya komik karya Joe Sacco ini, pembaca seperti ikut berada di jalan-jalan berlumpur kamp-kamp pengungsi, memasuki rumah dan merasakan keramahan keluarga Palestina di balik tekanan hidup yang mereka hadapi, tertawa mendengar pertanyaan anak-anak. Meskipun kita tidak bisa merasakan duka, kepedihan, kegusaran, dan kegeraman mereka (bayangan kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalaman nyata mereka), novel grafis <span style="font-weight:bold;">Palestina</span> mengingatkan kita untuk menyertakan orang-orang Palestina (dan bangsa-bangsa teraniaya lainnya) dalam doa-doa kita.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-75050285770970759942008-01-26T12:14:00.000+07:002008-01-27T00:28:59.037+07:00RADJA KETJIL Badjak Laut Di Selat Malaka<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R5trvlI46WI/AAAAAAAAAFc/WV1x7pM8-a0/s1600-h/RadjaKetjil.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R5trvlI46WI/AAAAAAAAAFc/WV1x7pM8-a0/s200/RadjaKetjil.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5159836263250454882" /></a>Penulis: H. Rosihan Anwar<br />Penerbit: Indira, Jakarta, 1967<br /><br />Ejaan lama ya??? !@#$%^&* Wow, jadul kaleee... Belum lahir ketika buku ini terbit?<br /><br />Buku <span style="font-weight:bold;">RADJA KETJIL</span> ini bersejarah bagi saya karena merupakan hadiah kenaikan kelas dari guru kelas 3 SD dulu di tahun 1970 (37 tahun yang lalu!). Seingat saya, Ibu Maria memberi hadiah kepada juara I sampai III (dulu belum ada istilah <span style="font-style:italic;">ranking</span>; dan rasanya saya bukan juara I). Terima kasih Ibu Maria. Buku ini juga merupakan satu-satunya hadiah yang saya terima berkaitan dengan prestasi akademis. 'Duh, miskin prestasi ya?<br /><br />Meskipun subjudulnya "<span style="font-weight:bold;">Badjak Laut Di Selat Malaka</span>", buku ini tidak menceritakan petualangan para bajak laut, tetapi tentang perebutan kekuasaan di Kerajaan Johor. Memang, di masa mudanya, Radja Ketjil hidup mengembara di laut dan di darat di pelbagai bagian Nusantara. Ia berteman dengan orang-orang Illanun, Balanini, perompak-perompak laut dari Tobelo dan Galela, menahan kapal-kapal orang kulit putih lalu merompaknya habis-habisan. Bajak laut yang berasal dari berbagai tempat seperti Johor, Jambi, Palembang, Minangkabau, bukanlah bajak laut yang asal merompak, melainkan mereka membawa amanat membela rakyat terhadap kaum penjajah asing yang datang dari Barat seperti Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis. Barangkali subjudul yang lebih tepat adalah "<span style="font-style:italic;">Mantan</span> Badjak Laut Di Selat Malaka"? ;p<br /><br />Kisah di buku ini dimulai ketika Radja Ketjil sudah berkuasa di Kerajaan Siak yang berkedudukan di Bengkalis, hendak menyerang Johor. Bergantian datang orang Bugis dan kemudian Raja Negara--Temenggung Kerajaan Johor-- dari Singapura menawarkan bantuan. Tentu saja tawaran bantuan ini tidak cuma-cuma, tetapi ada imbalannya. <br /><br />Johor jatuh ke tangan Radja Ketjil pada tanggal 17 Maret 1717. Dikisahkan pada waktu itu sebuah kapal perang Portugis sedang berlabuh di Johor. Kapal itu milik Gubernur Portugis, Albuquerque Coelho--apa ada hubungan dengan Paolo Coelho?--, yang baru diangkat untuk Macao. <br /><br />Dikisahkan bahwa Sultan Johor kemudian menyerah dan dijadikan bendahara. Radja Ketjil lalu menikahi salah seorang putri bendahara, yang diperkirakan sebagai siasat untuk mengambil hati orang-orang Johor, yaitu untuk mencegah pembangkangan di masa mendatang.<br /><br />Daing Parani, orang Bugis yang menawarkan bantuan tetapi kemudian ditinggal Radja Ketjil ketika menyerang Johor, kemudian menagih janji agar diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda. Radja Ketjil menolak. Daing Parani kemudian menikahi putri bendarahara juga.<br /><br />Persengkokolan baru pun dibuat, yaitu antara anak laki-laki bendahara (ipar Radja Ketjil dan Daing Parani) dan Daing Parani untuk menggulingkan Radja Ketjil. Tetapi usaha kudeta ini bisa dipatahkan. Radja Ketjil memindahkan pusat kerajaan ke Riau.<br /><br />Rupanya persetukuan Tongku Soleiman (putra bendahara) dan Daing Parani untuk merebut kekuasaan Kerajaan Johor masih berlanjut. Orang-orang Bugis mendadak muncul di Riau. Radja Ketjil berhasil diperdayakan di Pulau Linggi dan kerajaannya di Riau berhasil direbut.<br /><br />Cerita diakhiri dengan utusan Radja Ketjil berhasil membawa keluar istri Radja Ketjil dan istri-istri para pengikutnya sehingga dapat bergabung dengan Radja Ketjil dan para pengikutnya di pengasingan. <br /><br />Begitulah kehidupan suku-suku bangsa di Nusantara, yang tidak henti-hentinya saling bertikai, berebut kekuasaan. Pertikaian terus menerus ini dimanfaatkan Belanda dengan politik "<span style="font-style:italic;">divide et impera</span>". Suatu suku bangsa diminta membantu menumpas pemberontakan suku lain. Orang Maluku diminta berperang ke Sumatera. Orang Jawa diminta berperang ke Sulawesi atau Sumatera. Demikian seterusnya. Suku-suku bangsa yang tidak bersatu dan terpecah-belah, dan dibuat untuk terus bersengketa, sehingga mudah dikuasai/dijajah.<br /><br />Meskipun jadul, kisah Radja Ketjil ini sesungguhnya tetap relevan dengan kondisi sekarang. Perebutan kekuasaan (bisa dalam bentuk yang lain: pilkada atau pilkades misalnya), pertikaian, masih mewarnai keseharian kita. Novella sejarah yang ditulis Rosihan Anwar ini hendaknya dijadikan peringatan dan pelajaran bagi generasi muda Indonesia agar terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Ingat semboyan "<span style="font-style:italic;">Bhinneka Tunggal Ika</span>". Karena seperti kata pepatah, "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-64173222185056590032007-12-22T21:48:00.000+07:002007-12-22T21:49:23.182+07:00an inconvenient truth<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R20ilAwOstI/AAAAAAAAAFM/fG4oJtKXiqc/s1600-h/aninconvenient1.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R20ilAwOstI/AAAAAAAAAFM/fG4oJtKXiqc/s200/aninconvenient1.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5146807968407139026" /></a><br />Penulis: Al Gore<br />Penerbit: Bloomsburry Publishing, London, 2006 (diterbitkan pertama kali di USA oleh Rodale, 2006)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">an inconvenient truth - The Planetary Emergency Of Global Warming And What We Can Do About It</span> bermula dari <span style="font-style:italic;">slideshow</span>, yang kemudian berkembang menjadi buku dan film dalam judul yang sama. Buku ini merupakan buku kedua Al Gore, setelah buku pertamanya <span style="font-weight:bold;">Earth in The Balance</span> terbit tahun 1992. Adalah Tipper (istri Al Gore) yang mengusulkan untuk menyusun buku yang disertai dengan foto dan gambar grafis agar krisis iklim mencapai khalayak yang lebih luas. <br /><br />Buku ini sama seperti film <span style="font-weight:bold;">an incovenient truth</span>, memperlihatkan <span style="font-style:italic;">slideshow</span> tentang pemanasan global akibat peningkatan emisi CO2 dan efek rumah kaca serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim di bumi, tetapi dalam intensitas yang lebih kuat. Yah, memang <span style="font-style:italic;">pictures speak louder than words</span>. Tetapi juga, karena narasi di buku ini lebih dalam dan luas dan pembaca memiliki waktu yang lebih lama untuk mencerna. Film <span style="font-weight:bold;">an inconvenient truth</span> memiliki keunggulan tersendiri karena adanya animasi grafis pada <span style="font-style:italic;">slideshow</span> yang disiapkan Al Gore, tetapi penonton mungkin tidak cukup waktu untuk mengendapkan karena film atau <span style="font-style:italic;">slideshow</span> terus bergerak.<br /><br />Sama seperti filmnya, buku ini diselingi dengan uraian mengenai kehidupan keluarga Al Gore dan Tipper, masa kecil Al Gore, kakaknya Nancy, ilmuwan Roger Revelle. <br /><br />Di akhir buku, Al Gore menuliskan apa yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah krisis iklim, yang secara garis besar adalah:<br /> • hemat energi di rumah;<br /> • bepergian dengan cara hemat;<br /> • kurangi konsumsi, lestarikan (lingkungan) lebih sering;<br /> • jadilah katalisator untuk perubahan.<br />Beberapa saran--dan situs web yang disertakan--tampaknya hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang tinggal di Amerika Serikat atau ditujukan untuk yang tinggal di negara 4 musim, tetapi banyak saran lainnya bisa diterapkan secara universal. <br /><br />Al Gore juga mengingatkan adanya 10 konsepsi yang salah mengenai pemanasan global, seperti:<br /> 1. Ilmuwan tidak sepakat mengenai apakah manusia merupakan penyebab iklim bumi berubah.<br /> 2. Banyak hal dapat mempengaruhi iklim--sehingga tidak ada alasan untuk mengkhawatirkan hanya CO2.<br /> 3. Secara alamiah iklim akan bervariasi dari waktu ke waktu sehingga setiap perubahan yang kita lihat saat ini hanyalah bagian dari siklus alamiah.<br /> 4. Lubang di lapisan ozon menyebabkan pemanasan global.<br /> 5. Tidak ada yang dapat kita perbuat mengenai perubahan iklim. Sudah terlalu terlambat.<br /> 6. Lembaran es Antartika bertumbuh sehingga tidak benar bahwa pemanasan global menyebabkan glasir dan es di laut mencair.<br /> 7. Pemanasan global adalah hal yang baik, karena akan menghindarkan kita dari musim dingin yang parah dan menyebabkan tanaman lebih cepat tumbuh.<br /> 8. Ilmuwan pemanasan global mencatat bahwa ini hanyalah akibat kota-kota yang memperangkap panas, dan bukan efek gas rumah kaca.<br /> 9. Pemanasan global adalah akibat meteor yang menabrak Siberia di awal abad ke-20.<br /> 10. Suhu di beberapa wilayah tidak meningkat sehingga pemanasan global adalah mitos.<br /><br />Buku dan juga film <span style="font-weight:bold;">an inconvenient truth</span> membawa pesan yang kuat yang semakin menyadarkan manusia dalam menjaga bumi yang hanya satu-satunya ini untuk kepentingan manusia dan anak-cucunya saat ini dan nanti.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-43810293737771416212007-12-19T11:00:00.000+07:002007-12-19T11:01:08.924+07:00iWoz<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R2iT5QwOssI/AAAAAAAAAFE/EtlpNBFsHqA/s1600-h/iWoz.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://2.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R2iT5QwOssI/AAAAAAAAAFE/EtlpNBFsHqA/s200/iWoz.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5145525186229875394" /></a><br />Penulis: Steve Wozniak dengan Gina Smith<br />Penerbit: Headline Review, 2006<br /><br />Komputer Apple I dan Apple II. Itulah hasil rancangan Steve Wozniak. Dengan produk Apple I inilah Apple Computer didirikan Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ron Wayne di akhir tahun 1975. <br /><br />Apple I adalah komputer yang bisa dihubungkan ke <span style="font-style:italic;">keyboard</span> untuk memasukkan <span style="font-style:italic;">input</span> data dan ke TV sebagai layar untuk melihat hasilnya. Pada waktu itu, belum ada komputer yang menggunakan <span style="font-style:italic;">display</span> dan <span style="font-style:italic;">keyboard</span>. Komputer masih menggunakan <span style="font-style:italic;">switch</span> dan lampu di panel depan dan tidak ada layar. <br /><br />Komputer inilah yang diperlihatkan pada pertemuan Homebrew Computer Club. Steve Jobs mengusulkan untuk menggunakan Intel DRAM daripada AMI DRAM. Dan Steve Jobs lah yang mengusulkan untuk membuat dan menjual <span style="font-style:italic;">printed circuit board</span> dari Apple I kepada anggota-anggota Homebrew lainnya. Meskipun para anggota Homebrew mendapatkan skema Apple I, mereka mungkin tidak punya waktu atau tidak mampu untuk mewujudkan komputer ini.<br /><br />Agar balik modal, paling tidak harus terjual 50 unit <span style="font-style:italic;">printed circuit board</span> seharga $40. Wozniak meragukan apakah hal ini bisa terwujud. Hanya ada 500-an anggota Homebrew Computer dan sebagian besar antusias pada Altair. Tapi Steve Jobs punya argumen bagus, "Kalaupun kita kehilangan uang, kita punya perusahaan. Untuk sekali dalam hidup kita, kita akan punya perusahaan."<br /><br />Adapun Apple II didesain untuk berwarna, dengan grafis resolusi tinggi, suara, bisa ditambahkan pedal game, dan bisa nge-boot, siap untuk digunakan dengan bahasa BASIC di ROM-nya. Apple II diumumkan dan dipertunjukkan di West Coast Computer Faire di San Fransisco, bulan Januari 1977. <br /><br />Kalau melihat masa kecil dan remaja Steve Wozniak, tidak heran kalau dia bisa membuat komputer. Sejak kecil mainannya adalah barang-barang elektronika. Ayah Woz adalah insinyur di program peluru kendali di Lockheed. Woz selalu bertanya dan ayahnya menerangkan, tentang resistor, elektron, diode, transistor, apa saja. Ketika di kelas 6, Woz sangat maju di bidang matematika dan sains, dan ketika dites IQ, ternyata IQ-nya 200 lebih. <br /><br />Sejak kelas 3 sampai kelas 8 Woz selalu ikut kompetisi sains. Di kelas 8 dia membuat alat Penambah/Pengurang. Ketika di sekolah menengah, Woz mulai suka jahil, mengerjai orang. Sampai-sampai dia pernah dimasukkan ke sel selama semalam. Sifat jahilnya, yang kalau dipikir-pikir mengarah ke kriminal, bahkan muncul di West Coast Computer Faire.<br /><br />Ketika di SMA, guru elektronika mengizinkan Woz bekerja pada jam sekolah hari Jumat di suatu perusahaan untuk membuat program komputer. Woz membeli buku FORTRAN, belajar menggunakan <span style="font-style:italic;">keypunch</span>, dan menjalankan programnya. Di sini Woz mengenal yang disebut <span style="font-style:italic;">loop</span> (kantor pusat Apple sekarang terletak di 1 Infinite Loop), dan mendapatkan handbook komputer mini dari Digital Equipmen PDP-8 serta mempelajarinya. Sejak itu Woz mengumpulkan manual dari berbagai komputer mini dan katalog-katalog dari berbagai komponen komputer. Di kamarnya, dalam waktu luangnya, Woz mendesain ulang komputer-komputer tersebut menurut versinya sendiri sampai dua-tiga kali, dengan makin sedikit chip dan makin efisien, tetapi hanya di atas kertas.<br /><br />Sebelum melanjutkan kuliah di Berkeley (sebelumnya Woz kuliah di Colorado dan De Anza), Woz membaca tentang <span style="font-style:italic;">Blue Box</span>, alat untuk mengelabui perusahaan telepon supaya bisa menelepon gratis seolah menelepon ke nomor bebas pulsa. Woz membuat <span style="font-style:italic;">Blue Box</span> digital. Pada waktu ini, Woz sudah mengenal Steve Jobs. Steve Jobs juga yang mengusulkan untuk mengkomersialkan alat ini. Tapi usaha ini membuat mereka was-was karena alat ini sesungguhnya ilegal.<br /><br />O ya, kerjasama (bisnis) kedua Steve juga pernah terjadi ketika Steve Jobs bekerja di Atari dan waktu itu Steve Wozniak sudah bekerja di Hewlett Packard. Hanya diberi waktu 4 hari, Woz mendapat order untuk membuat game, versi solitaire dari game Pong dan Woz berhasil melakukannya. Steve Jobs membagi honornya separuh dengan Woz. Jobs mengaku bahwa dia mendapat 700 dolar dari Atari. (Di <span style="font-weight:bold;">iCon</span> yang ditulis Jeffrey S. Young dan William L. Simon disebutkan Jobs mengaku hanya mendapat $600. Tentang <span style="font-weight:bold;">iCon</span>, lihat catatan saya di <a href="http://urek2.blogspot.com/2006/02/steve-jobs-bill-gates-di-mana-aku.html" target="_blank"> Steve Jobs dan Bill Gates, Di Mana Aku Waktu Itu?</a>) Tapi dari orang lain, Woz mendengar bahwa Jobs mendapat lebih sampai beberapa ribu dolar (Di iCon disebutkan $ 1,000). Meskipun sakit hati, Woz tidak mau mempermasalahkannya. Orang kan beda-beda, menurut Woz.<br /><br />Membaca iWoz seperti mendengar Steve Wozniak sendiri yang bercerita kepada kita. Betapa beruntungnya Woz, mempunyai ayah yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya, memperkenalkannya dengan bahan dan alat-alat elektronika, mengajarinya menyolder, menyediakan majalah-majalah tentang elektronika, mendukungnya dalam proyek-proyek sains sekolah, memberikan landasan yang kokoh dalam <span style="font-style:italic;">hardware</span> dan <span style="font-style:italic;">software</span>. <br /><br />Di bab akhir, Woz memberi nasihat bagi calon <span style="font-style:italic;">inventor</span>, antara lain: bekerjalah sendiri (Woz tidak percaya kerja tim), lihat sesuatu secara abu-abu (tidak hitam-putih). Woz mengibaratkan <span style="font-style:italic;">engineer</span> hampir sama seperti seniman: untuk mencapai kesempurnaan, menata segala sesuatunya secara sempurna, dengan cara yang belum pernah dilakukan seorang pun.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-46437549670744518222007-12-10T20:18:00.000+07:002007-12-10T20:19:15.694+07:00Angka-Angka Berbicara - Perbincangan Tentang Statistik Di Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R1067wNgYlI/AAAAAAAAAE8/m8ALty4XVHE/s1600-h/4585232-s.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R1067wNgYlI/AAAAAAAAAE8/m8ALty4XVHE/s200/4585232-s.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5142331147755217490" /></a><br />Penulis: Soetjipto Wirosardjono<br />Penyunting: Imam Ahmad<br />Penerbit: LP3ES, Februari 2007<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Angka-Angka Berbicara</span> berisi kumpulan tulisan Soetjipto Wirosardjono yang semula adalah kolom di harian, majalah, makalah, kertas kerja, bahan seminar, dan lain-lain, dalam kurun waktu 1976-2006 (yang terlacak) dan sebagian kecil tidak terlacak. Selain itu, terselip satu tulisan Toto Sastrasuanda (mantan Deputi Bidang Statistik Sosial di BPS dan Pimpinan Proyek dan Penanggungjawab Sensus Penduduk 2000) berjudul 'Tinjauan Pelaksanaan Sensus Penduduk 2000'.<br /><br />Sebanyak 43 tulisan Soetjipto dan 1 tulisan Toto dikelompokkan ke dalam 4 bagian:<br /> 1. Statistik dan Masyarakat Modern.<br /> 2. Penduduk, Tenaga Kerja, dan Ekonomi.<br /> 3. Masalah Perstatistikan Nasional dan BPS.<br /> 4. Aspek Metodologis dan Teknis dalam Statistik.<br /><br />Karena berisi kumpulan tulisan, terasa adanya diskontinuitas antara satu tulisan dan tulisan lain, meskipun sudah ada pengelompokan tulisan ataupun ada persinggungan antara satu tulisan dan tulisan lain. <br /><br />Bagian I menyoroti kebutuhan statistik di dunia (pemerintahan dan bisnis) modern. Dalam tulisan 'Angka', Soetjipto menceritakan temannya yang kutu buku (yang didukung bakat bahasa dan aksara) tetapi buta angka. <span style="font-style:italic;">Sedikit banyak hal ini mengingatkan saya pada Ayah saya yang berminat pada bahasa tetapi alergi pada angka-angka. Yah.., orang kan beda-beda..</span> Kondisi buta angka ini mungkin karena orang-orang Timur (Cina, Jepang, Jawa, ..) kuno tidak mengenal angka; kurang memberi tempat pada logika dan lebih percaya pada renungan, olah cipta, rasa, karsa. Huruf Kanji Cina dan Jepang serta aksara Jawa tidak mengenal angka. Sekarang, peradaban dunia sudah bermatra dua: alfabetis dan numerik. Kemudian, di bagian I, Soetjipto membahas manfaat data statistik untuk menyusun perencanaan strategis atau mengidentifikasi karakteristik konsumen bagi dunia usaha.<br /><br />Bagian II berisi pembahasan mengenai kependudukan, ketenagakerjaan, tenaga kerja informal, produksi pangan, energi, konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi, sebagai interpretasi dari data statistik BPS. Bagian ini juga mengemukakan permasalahan pada Peta Kemiskinan yang dibuat Bappenas (sekitar tahun 1992 ?) dan dikatakan sumber datanya dari BPS. Ternyata sumber data peta tersebut adalah data survei Potensi Desa (Podes) yang berisi data fasilitas desa dan bukan data penduduk desa sehingga yang terplot adalah desa yang miskin fasilitasnya, bukan yang miskin penduduknya. Soetjipto mengusulkan supaya Peta Kemiskinan dibuat berdasarkan data pendapatan atau pengeluaran rumah tangga, atau didekati dari pekerjaan kepala rumah tangga, atau keadaan rumah (atap, dinding, lantai). Hendaknya data dasar betul-betul disusun dan bukan menumpang pada data seadanya.<br /><br />Bagian III memperlihatkan BPS sebagai penyedia data, yaitu bagaimana supaya BPS lebih tanggap terhadap kebutuhan konsumen (pengguna data), permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk menyediakan data nasional sampai desa, dan reorganisasi BPS dalam menjawab tantangan dari luar dan masalah di dalam.<br /><br />Bagian IV seperti judulnya, membahas aspek metodologis dan teknis dalam statistik, antara lain mengenai <span style="font-style:italic;">sampling error</span> dan <span style="font-style:italic;">non-sampling error</span>. <br /><br />Buku <span style="font-weight:bold;">Angka-Angka Berbicara</span> memperlihatkan keluasan dan kedalaman Soetjipto dalam teori dan praktek statistik di Indonesia. Melalui tulisan-tulisan Soetjipto, pengguna data BPS bisa mengintip dapur BPS, bagaimana persiapan dan pelaksanaan survei, sampai pada penyajian data statistik di dalam tabel-tabel. Mahasiswa yang belajar statistik dan metoda penelitian bisa sedikit membayangkan penerapan ilmu statistik, seperti penggunaan sampel untuk menaksir populasi. <br /><br />Beberapa tulisan tidak terlacak tanggal penulisannya. Sebagian besar tulisan dibuat pada tahun 1980-an dan awal 1990-an. Hanya dua tulisan yang dibuat pada tahun 2000-an, yaitu "Pengembangan Sistem Statistik Indonesia: Dari Sigma Sampai Delta" dan satu lagi tulisan Toto Sastrasuanda, "Tinjauan Pelaksanaan Sensus Penduduk 2000"; keduanya ditulis pada Agustus 2006. Terus terang, hal ini membuat buku ini terasa "<span style="font-style:italic;">back to eighties</span>"; teringat jaman kuliah ketika sering melihat nama Soetjipto Wirosardjono terpampang di majalah 'Tempo'. <br /><br />Satu hal lagi, ketika membaca tulisan-tulisan di buku ini, tadinya saya mengira sumber di mana suatu tulisan pernah dimuat, tidak dicantumkan. Ternyata sumber tulisan disatukan untuk semua tulisan, terletak sesudah akhir Bagian IV, sebelum <span style="font-style:italic;">Index</span>. Bagi saya, lebih enak jika sumber tulisan dicantumkan pada setiap akhir tulisan sehingga pembaca tidak perlu jauh-jauh mencari ke halaman belakang untuk mengetahui suatu tulisan pernah dimuat di mana pada tahun berapa.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-23191514486898680852007-12-10T20:05:00.000+07:002007-12-10T20:05:42.626+07:00The Namesake - Makna Sebuah Nama<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R103rwNgYkI/AAAAAAAAAE0/OyHsBTkjfVo/s1600-h/images.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R103rwNgYkI/AAAAAAAAAE0/OyHsBTkjfVo/s200/images.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5142327574342427202" /></a><br />Judul asli: <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Namesake</span></span><br />Penulis: Jhumpa Lahiri<br />Penerjemah: Gita Yuliani K.<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006<br /><br />Orang Bengali punya dua nama, yaitu nama kecil dan nama resmi, selain nama keluarga. Nama kecil atau nama panggilan beredar hanya di kalangan keluarga dan teman-teman dekat. Sedangkan untuk berbagai urusan formal, nama resmilah yang digunakan.<br /><br />Ketika pasangan Ashima dan Ashoke mempunyai bayi, nenek Ashima melayangkan surat berisi nama resmi untuk sang bayi. Sayang, surat tersebut hilang di antara Calcutta--tempat tinggal Nenek-- dan Cambridge--tempat tinggal Ashima dan Ashoke. Terdesak untuk segera memberi nama agar putranya bisa ke luar dari rumah sakit, Ashoke menamai sang bayi dengan nama Gogol. Gogol Ganguli. Tidak lama setelah itu, nenek Ashima terserang stroke dan punahlah harapan mendapatkan nama resmi dari Nenek.<br /><br />Ashoke mempunyai kenangan tersendiri tentang (Nikolai) Gogol. Ashoke pernah mengalami kecelakaan kereta api dan diselamatkan berkat buku cerita pendek Nikolai Gogol. Para penolong melihat lembaran buku Gogol dan Ashoke yang berada di dekat buku tersebut. Ashoke lumpuh selama setahun dan ketika dia sudah berjalan, Ashoke kuliah kembali dan mencari beasiswa ke luar negeri. Ia diterima di Teknik Elektro MIT. Lulus kuliah, Ashoke menjadi dosen di MIT.<br /><br />Ketika Gogol mulai sekolah, Ashoke mendaftarkannya sebagai Nikhil, yaitu nama resmi pemberian Ashoke sendiri. Namun Gogol tidak bereaksi dengan nama Nikhil dan lebih menyukai nama Gogol. Pada akhirnya sekolah pun menggunakan nama Gogol Ganguli; suatu hal yang tidak disetujui orang tua Gogol karena, seperti telah disebutkan, bagi orang Bengali, nama resmilah yang digunakan untuk semua keperluan formal. Gogol kan nama panggilan yang hanya digunakan oleh kalangan dekat.<br /><br />Gogol tumbuh di lingkungan pergaulan dan sekolah Amerika. Tetapi orang tuanya membawa pengaruh Bengali di rumah dan lingkungan pergaulan orang tua. Keluarga-keluarga Bengali sering berkumpul untuk merayakan sesuatu, baik itu ulang tahun, kelulusan, maupun upacara-upacara adat seperti upacara makanan padat pertama bagi bayi ataupun upacara pujo.<br /><br />Sebaliknya, sebenarnya anak-anak pun membawa pengaruh Amerika bagi kedua orang tua. Menu sehari-hari di rumah tidak melulu makanan Bengali, tetapi juga <span style="font-style:italic;">sandwich</span> atau <span style="font-style:italic;">steak</span>. Ashima dan Ashoke serta keluarga Bengali lainnya ikut merayakan Natal meskipun mereka tetap beragama Hindu. Gogol mendesak orang tuanya untuk membeli pohon Natal bagi rumah mereka.<br /><br />Gogol tumbuh menjadi remaja. Di sekolah, guru sastra memperkenalkannya dengan Nikolai Gogol: salah satu pengarang Rusia yang hebat, yang mati muda sebelum berusia 43 tahun. Dikabarkan bahwa Nikolai Gogol seorang yang paranoid, melankolis, sering mengalami depresi, sulit bergaul, tidak pernah menikah, dan tidak punya anak. Mengapa orang tuanya tidak pernah memberi tahu tentang ini? Gogol remaja tidak pernah berkencan. Rasanya nama Gogol tidak romantis untuk berkenalan dengan seorang gadis.<br /><br />Selepas sekolah menengah, Gogol diterima di Yale. Sebenarnya dia juga diterima di MIT, almamater ayahnya; tetapi Gogol memilih Yale. Sebelum masuk Yale, secara resmi Gogol mengganti namanya dengan Nikhil.<br /><br />Begitulah, sejak itu Gogol menjadi Nikhil, sesuatu yang dulu pernah ditolaknya ketika mulai bersekolah di <span style="font-style:italic;">pre-school</span>. Proses pendewasaan Gogol berlangsung dengan nama Nikhil ini. Kuliah, berkencan, putus cinta, magang, bekerja. Tetapi tentu saja, bagi keluarganya dan lingkungan orang-orang Bengali, Gogol tetap Gogol. <br /><br />Gogol pindah ke New York. Sonia, adiknya, kuliah di San Fransisco. Ashoke mendapatkan beasiswa untuk riset di Cleveland. Dan Ashima tetap di Pemberton Road. <br /><br />Di Cleveland, Ashoke meninggal dunia. Gogol pergi ke Cleveland mengemasi barang-barang ayahnya. Sejak Ashoke meninggal, Ashima jadi lebih sering menelepon Gogol. Dia menjodohkan Gogol dengan gadis Bengali. <br /><br />Begitulah, Gogol kemudian menikahi Moushumi, kandidat Ph.D sastra Prancis di NYU, yang sebenarnya sudah diketahuinya sejak kecil. Namun, pernikahan ini kemudian berakhir.<br /><br />Pada akhinya, rumah di Pemberton Road akan dijual. Ashima berencana untuk tinggal di India enam bulan dan di Amerika enam bulan. Sonia akan menikah. Gogol berencana untuk pindah kerja ke perusahaan yang lebih kecil, yang membuka kemungkinan dirinya dijadikan partner. <br /><br />Gogol, terjebak antara budaya Bengali dan Amerika, dengan menyandang nama Rusia. <span style="font-style:italic;">Ndilalah</span>, Nikolai Gogol, yang sebagian namanya dipakai Gogol (Ganguli), meskipun terkenal sebagai pengarang hebat tetapi memiliki kepribadian yang menyedihkan. Menjadikan Gogol (Ganguli) bermasalah dengan namanya. Karena apapun nama itu: nama panggilan, julukan, nama resmi di akte kelahiran, adalah identitas diri kita, yang sepertinya menjadi karakter kita. <br /><br /><span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">The Namesake</span></span> bercerita tentang perbedaan antar budaya (Bengali dan Amerika Serikat) dan antar generasi (orang tua dan anak), yang juga bercerita tentang penyesuaian diri. Anak-anak keluarga Bengali yang lahir dan dibesarkan di Amerika; orang tua Bengali yang memiliki keterikatan yang kuat dengan India karena masa lalu dan keluarga besarnya di sana. Adaptasi terbesar mungkin yang dialami istri Bengali, yang praktis tidak mengenal seorang pun di negeri yang baru. Ia baru mengenal suaminya--karena dijodohkan--, harus mengurus keluarga baru, di negeri orang pula. Ashima masih mengenakan sari dan menggelung rambutnya, dan mengenakan atribut perempuan Bengali yang sudah menikah. Seolah itu semua hidup di hadapan kita melalui penuturan yang memikat dari Jhumpa Lahiri.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-76947215927373738572007-11-20T21:44:00.000+07:002007-11-20T21:53:29.355+07:00The Kite Runner [edisi Indonesia]<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R0Lvuny2EII/AAAAAAAAAEs/Zmy_fwhh35M/s1600-h/KiteRunner.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://1.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/R0Lvuny2EII/AAAAAAAAAEs/Zmy_fwhh35M/s200/KiteRunner.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5134930109391048834" /></a><br />Penulis: Khaled Hosseini<br />Penerjemah: Berliani M. Nugrahani<br />Penyunting: Pangestuningsih<br />Penerbit: Qanita, Cetakan II: April 2006 (Cetakan I: Maret 2006)<br /><br />Kita tak akan pernah bisa mengubur masa lalu. Terlebih pada masa lalu yang menerbitkan rasa bersalah. Rasa bersalah dan penyesalan inilah yang terus menghantui Amir dan memberinya insomnia. Yang menjadikan layang-layang baginya memiliki arti tersendiri. Yang membawa ingatannya pada teman-pelayan masa kecil--Hassan, pada ayahnya--yang dipanggil dengan Baba--, pada Kabul, Afghanistan. Dan terutama pada peristiwa yang menimpa Hassan. Sesudah Hassan berkata, "Untukmu, keseribu kalinya!"<br /><br />Adakah kesempatan untuk menebus rasa bersalah itu? Untunglah ada, dengan adanya panggilan telfon dari Rahim Khan--sahabat Baba, yang tinggal di Pakistan. Dan ternyata, dalam perjalanan ke Pakistan dan kemudian ke Afghanistan, Amir mendapatkan kebenaran baru lainnya.<br /><br />Amir yang terlahir dari etnis Pashtun, memiliki segudang keberuntungan yang tidak dimiliki etnis Hazara, yaitu etnis asal Hassan. Masalah yang timbul akibat perbedaan etnis sudah terasakan sejak anak-anak masih kecil. Hassan digambarkan selalu berbuat baik dan membela Amir. Sedangkan Amir kecil digambarkan menggapai-gapai cinta Baba, membalas kebaikan Hassan dengan kejahilan, dan Amir bersifat pengecut. Amir bahkan melakukan tindakan tidak terpuji yang pada akhirnya membuat Ali-ayah Hassan-- memutuskan untuk meninggalkan rumah orang tua Amir.<br /><br />Kehidupan masa kecil yang menyenangkan bagi seorang Pashtun berakhir setelah Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Amir dan Baba pindah ke Amerika Serikat dan meneruskan hidup mereka di sana. Bersama dengan orang-orang Afghanistan lainnya, hidup mereka jauh dari kemewahan. Tapi begitulah, rasa bersalah dan penyesalan terus mengikuti Amir.<br /><br />Dalam perjalanan kembali ke Afghanistan, Amir menyaksikan Kabul yang dipenuhi reruntuhan dan kemiskinan. Berkuasanya Taliban ternyata juga tidak memberi kehidupan yang lebih baik bagi Afghanistan dan juga etnis Hazara. Etnis Hazara dibantai di Marza-i-Sharif. <span style="font-style:italic;">Ethnic cleansing</span> oleh Taliban. Sebagian besar etnis Hazara adalah Muslim Syiah.<br /><br />Bisakah menebus rasa bersalah akibat perbuatan "membalas air susu dengan air tuba"? <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">The Kite Runner</span></span> bercerita tentang hal ini, sambil bercerita tentang Afghanistan dan orang-orang Afghanistan. Menjadikan kisah Amir, Hassan, dan Baba, dan orang-orang di sekitar mereka, tertanam dengan kuat di benak saya. Mungkin karena Amir, Baba, Soraya--istri Amir--, adalah manusia-manusia biasa dengan segala kebaikan dan keburukan? Menjadikan saya meng-<span style="font-style:italic;">google</span> Afghanistan, Taliban, Hazara, dan membuka atlas mencari letak Afghanistan dan kota-kotanya. <span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">The Kite Runner</span></span> terus terngiang-ngiang di kepala.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-36754797167618291402007-11-10T02:57:00.000+07:002007-11-14T09:35:09.257+07:00Satu Lagi Web-Based Library: rasa iTunes, BookBump<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/RzS3kFf9OjI/AAAAAAAAAEk/kcf5izLaXv0/s1600-h/Snapshot+2007-11-10+00-44-30.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://4.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/RzS3kFf9OjI/AAAAAAAAAEk/kcf5izLaXv0/s200/Snapshot+2007-11-10+00-44-30.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5130927706061224498" /></a><br />Satu alternatif lain untuk meng-katalog-kan koleksi buku tersedia di <a href="http://www.bookbump.com/" target="_blank">BookBump</a>. Proses <span style="font-style:italic;">sign-up</span> dan <span style="font-style:italic;">sign-in</span> sangat mudah.<br /><br />Penyajian koleksi buku dibuat mirip iTunes. Secara <span style="font-style:italic;">default</span> sudah tersedia folder <span style="font-weight:bold;">Books</span> dan folder <span style="font-weight:bold;">Favorites</span>. Mirip iTunes yang bisa membuat <span style="font-style:italic;">playlist</span>, di BookBump kita bisa membuat <span style="font-style:italic;">booklist</span>. <br /><br />Menambahkan buku ke dalam library, kita tinggal mengetikkan ISBN. Seperti layaknya penggunaan Mac, memasukkan buku ke Favorites juga tinggal '<span style="font-style:italic;">drag and drop</span>' saja, <span style="font-style:italic;">ceunah</span>. Secara asal-asalan saya memasukkan "<span style="font-style:italic;">One Hundred Years of Solitude</span>" ke dalam Favorites, tetapi ketika saya hapus ternyata tidak kunjung terhapus :(( Kemudian, saya ingin memasukkan "<span style="font-style:italic;">Nurtured by Love</span>" ke dalam Favorites dengan men-<span style="font-style:italic;">drag and drop</span>. Eh, ternyata Favorites tidak nambah-nambah. Wah dobel bete deh :(( :((<br /><br />Keunggulan lain dari BookBump adalah bisa memberikan informasi tambahan mengenai buku yang dipinjam atau buku pinjaman (kalau kita meminjam). Di samping itu, katanya juga bisa membuat 'daftar pustaka' dalam berbagai model. Berhubung saya bukan anak sekolahan, maka fasilitas 'bibliografi' ini belum saya jajal :p<br /><br />Sedangkan kelemahan BookBump: yang terutama adalah <span style="font-style:italic;">entry</span> data hanya bisa dilakukan untuk buku-buku yang sudah masuk ke dalam <span style="font-style:italic;">database</span> BookBump (seperti <span style="font-weight:bold;">My Library - Google</span> yang hanya bisa meng-<span style="font-style:italic;">input</span> data untuk buku-buku di <span style="font-style:italic;">database</span>-nya). Buku-buku berbahasa Indonesia rasanya sangat tipis kemungkinan sudah masuk ke dalam <span style="font-style:italic;">database</span> BookBump. Judul beberapa buku tidak muncul di daftar (seperti <span style="font-style:italic;">One Hundred Years of Solitude</span> dan <span style="font-style:italic;">The Origami Handbook</span>) meskipun di info muncul lengkap dengan cover. Eh, <span style="font-style:italic;">cover</span> The Origami Handbook juga tidak ada <span style="font-style:italic;">ding</span>. <br /><br />Rencananya sih, BookBump juga akan ada fitur <span style="font-style:italic;">social networking</span> dan fitur-fitur lain. Tapi seperti apa bentuk <span style="font-style:italic;">networking</span>-nya, tidak dibocorkan. Apakah seperti <a href="http://www.librarything.com/" target="_blank">Library Thing</a> yang memberikan info sekian orang punya buku yang sama. Ataukah seperti <a href="http://www.goodreads.com/" target="_blank">goodreads</a> atau <a href="http://www.shelfari.com/" target="_blank">Shelfari</a> yang ada info tentang "<span style="font-style:italic;">friend</span>", dengan model <span style="font-style:italic;">invite</span>-meng-<span style="font-style:italic;">invite</span>? Sayangnya juga, tidak (belum?) ada <span style="font-style:italic;">script</span> untuk dipasang di blog atau situs web pribadi agar bisa nge-<span style="font-style:italic;">link</span> ke koleksi kita di sini. <br /><br />Secara umum, <span style="font-weight:bold;">BookBump</span> paling mendekati "cita rasa Mac" dengan <span style="font-style:italic;">drag and drop</span>, <span style="font-style:italic;"><strike>icon</strike> button</span> "+" dan "-", kemudahan-kemudahan yang ditawarkan khas Apple. :))<br /><br />via <a href="http://http://lifehacker.com/software/books/catalog-your-books-itunes+style-with-bookbump-320671.php">lifehacker</a>Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-25989357.post-37797964735277857152007-10-29T22:14:00.000+07:002007-10-29T22:15:51.924+07:00Penerjemah Luka<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/RyX2nB2vTKI/AAAAAAAAAEc/YAVcik3f_2Q/s1600-h/GLLO1742.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="http://3.bp.blogspot.com/_MOwQI1mHYBQ/RyX2nB2vTKI/AAAAAAAAAEc/YAVcik3f_2Q/s200/GLLO1742.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5126774901204536482" /></a><br />Judul asli: <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Interpreter of Maladies</span></span><br />Penulis: Jhumpa Lahiri<br />Alih bahasa: Gita Yuliani K.<br />Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006<br /><br />Ada 9 cerita yang berbeda. Semuanya dengan tokoh dari etnis Bengali dan sebagian besar cerita berlokasi di Amerika Serikat. Cerita-cerita mengenai perantau Bengali memperlihatkan bahwa sedikit banyak budaya Bengali mewarnai kehidupan mereka di Amerika. <br /><br />Persoalan yang diangkat bermacam-macam. Ada masalah komunikasi suami-istri (dalam <span style="font-weight:bold;">Masalah Sementara</span>), yang membuat saya sedikit mengevaluasi komunikasi kami suami-istri.<br /><br />Ada masalah kebangsaan antara India dan Pakistan yang akan/sedang terpisah dengan Bangladesh (<span style="font-weight:bold;">Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam</span>). Menarik membaca penuturan Lilia, yang merasakan banyak persamaan antara ayahnya dan Mr. Pirzada yang Muslim.<br /><blockquote>... Orangtuaku dan Mr. Pirzada bicara dalam bahasa yang sama, menertawakan lelucon yang sama, wajah mereka pun agak mirip. Mereka melahap manisan mangga setiap kali makan, dan makan nasi dengan tangan setiap malam. Seperti orangtuaku, Mr. Pirzada ...</blockquote><br />Namun, ayah Lilia khawatir jika tanpa sengaja Lilia menyebut Mr. Pirzada sebagai orang India dan membuat Mr. Pirzada tersinggung. <br /><blockquote>... "Mr. Pirzada orang Bengali, tetapi dia Muslim, ayahku memberitahu. "Jadi dia tinggal di Pakistan Timur, bukan di India." ...</blockquote><br />Ah, masalah separatisme yang membuat pedih semua bangsa.<br /><br />Ada masalah perselingkuhan, rindu kabar dari tanah air, ataupun pengalaman di negeri orang--yang kemudian menjadi negeri sendiri.<br /><br />Sedangkan cerita yang berlokasi di India membawa kita ke dalam suasana kehidupan orang India. <span style="font-style:italic;">Ya iyalah</span>..<br /><br />Buku <span style="font-weight:bold;">Interpreter of Maladies</span> memenangkan <a href="http://www.pulitzer.org/" target="-blank">Pulitzer Prize</a> tahun 2000.Atihttp://www.blogger.com/profile/00527963620658236137noreply@blogger.com2