Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Sunday, April 23, 2006

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels

Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Tanggal Baca: minggu lalu

Seperti judulnya, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels berawal dari jalan raya yang membentang dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Jawa Timur sepanjang 1.000 km yang dibangun semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. Herman Willem Daendels. Jalan tersebut rampung dan dipergunakan pada tahun 1809. Sedangkan pemerintahan Daendels sendiri berlangsung selama tahun 1808-1811.

Sebenarnya pembangunan jalan tersebut bukanlah sepenuhnya pembangunan baru; sebagian besar jalan tersebut sudah ada sebelumnya. Peningkatan jalan yang sudah ada dengan melebarkannya menjadi 7 m memudahkan pergerakan di sepanjang jalan tersebut. Dikabarkan bahwa Daendels, yang mendarat di Anyer, menempuh Anyer-Batavia dalam waktu 4 hari. Setelah diperkeras dan diperlebar jarak tersebut bisa ditempuh dalam waktu 1 hari. Hal ini berkaitan dengan tugas Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Waktu itu, Perancis--yang sedang menguasai Belanda-- berperang melawan Persekutuan Eropa.

Mengenal watak orang Belanda yang tidak membuang-buang uang, Daendels mengajukan biaya perbaikan sistem jalan di Jawa, yang digunakannya untuk memperbaiki jalan Cisarua-Karangsembung. Biaya pembangunan selebihnya dibebankan kepada kepala pemerintahan setempat (Bupati, Residen, dan lain-lain), yaitu dengan menyediakan tenaga kerja dan bahan bangunan. Di sinilah diberitakan banyak kepala pemerintahan yang protes, pekerja yang tidak kuat karena medan yang berat dan makanan yang tidak cukup, serta penyakit malaria. Sangat banyak para pekerja rodi yang tewas sehingga Pram menyebutnya sebagai genoside!

Pram kemudian menceritakan kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos tersebut dari Anyer sampai Panarukan, sejarahnya dan kondisi pemerintahan setempat dan pekerja rodi selama pembangunan berlangsung, dibumbui dengan pengalaman Pram di suatu kota tertentu. Uraian mengenai Jalan Daendels dan kota-kota yang dihubungkannya, dilengkapi dengan uraian mengenai Daendels (1762-1818) yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer.

Buku ini diselesaikan Pram pada bulan April 1995 dan diterbitkan pada tahun 2005 (Cetakan I: Oktober 2005 dan Cetakan II: Desember 2005). Yang agak mengganggu adalah masih disebutnya Depok sebagai kotif atau pada beberapa kota masih disebut sebagai kodya, padahal sekarang istilah tersebut sudah tidak berlaku dan digantikan dengan sebutan 'Kota'. Di beberapa kota, Pram menyebutkan data statistik tahun 1980-an seperti misalnya data luas lahan atau data produksi. Sebaiknya data tahun 1980-an tersebut (kondisi 20-an tahun yang lalu) diperbarui paling tidak dengan data tahun 2000-an. Sejak krisis moneter melanda di tahun 1997-1998, banyak perubahan yang terjadi di Indonesia. Angka-angka produksi yang disebutkan mungkin sudah berbeda dari sebelumnya (tahun 1980-an dan 1990-an). Lebih-lebih karena buku ini diterbitkan tahun 2005, diperkirakan masih ada waktu untuk meng-update data.

Pramoedya Ananta Toer pantas kalau menyebut dirinya seorang 'Penulis' karena memang hasil tulisannya sangat banyak. Penulis yang produktif yang mungkin diikuti oleh Arswendo Atmowiloto (sebelum Arswendo tersandung kasus tabloid di tahun 1980-an). Bahkan pada masa 'dibungkam' pun, Pram masih produktif. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels adalah bukti bahwa Pram masih berproduksi di masa senjanya. Karya yang berdasarkan riset dan menambah pengetahuan generasi sekarang mengenai sepenggal jaman di Indonesia dengan pengorbanan rakyat di dalamnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home