Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Sunday, September 03, 2006

Sudjojono dan Aku


Penulis: Mia Bustam
Penyunting: Hersri Setiawan, Tedjabayu
Penerbit: Pustaka Utan Kayu, 2006

Mia Bustam adalah mantan istri Sindudarsono Sudjojono (S. Sudjojono), salah seorang pelukis terkenal Indonesia. Buku Sudjojono dan Aku dimulai sejak pertemuan pertama antara Sudjojono dan Mia Bustam pada tahun 1941 dan diakhiri dengan terbitnya surat talak dan terkirimnya Surat Pindah Sudjojono dari Yogya ke Jakarta sekitar tahun 1958. Cerita yang berawal bahagia dan berakhir duka. Pasangan Sudjojono dan Mia dikaruniai 8 orang anak, sepasang di antaranya kembar.

Kisah cinta dan kehidupan perkawinan Sudjojono dan Mia berlatar belakang perang kemerdekaan dan tahun-tahun awal berdirinya Republik Indonesia serta kehidupan seniman di masa itu yang akrab dengan Bung Karno. Bung Karno adalah seorang pemerhati seni dan bergaul erat dengan para seniman. Kehidupan seniman dan masyarakat Pulau Jawa di masa itu digambarkan dengan sangat baik oleh Mia Bustam, seperti harus tinggal berpindah-pindah dengan kondisi seadanya, kondisi kota ketika terjadi perang, kejamnya penjajah, hubungan dengan keluarga-keluarga lain yang tinggal di tempat yang sama, hubungan kekeluargaan antar seniman, kehidupan politik, serta kiprah Sudjojono berjuang melalui seni lukis (melakukan propaganda) sampai Sudjojono menjadi anggota DPR dari PKI. Sudah tentu diceritakan kisah keluarga Sudjojono dan Mia dengan anak-anak yang lahir susul menyusul. Kisah yang diceritakan pun cukup rinci.

Saya tidak mengenal Sudjojono (memang kenal pelukis-pelukis lain? hehe.. tidak juga..!), dalam arti tidak mengenal lukisan-lukisannya dan segala sesuatu tentangnya. Pengetahuan mengenai Affandi misalnya, masih agak lumayan, karena saya pernah ke Museum Affandi di Yogyakarta dan melihat lukisan-lukisannya ketika muda semasa mengembara di Eropa dan ketika tuanya. Tapi Sudjojono? Seperti apa si lukisan-lukisannya?

Bahwa Sudjojono memilih PKI mungkin karena Sudjojono menganggap diri sebagai wong cilik dan berasosiasi dengan gambar 'palu arit' sebagai alat kerja wong cilik. Sampai-sampai Sudjojono memprovokasi Ibundanya untuk memilih gambar 'palu arit' tersebut ketika Pemilu I tahun 1955. Sudjojono sering mentest apakah ibunya sudah 'benar' memilih dan Ibundanya pun sering memilih gambar 'cangkul' yang merupakan lambang Partai Rakyat Nasional. Di mata ibunya 'cangkul' adalah juga alat kerja wong cilik. Dari cerita ini, saya jadi menduga, jangan-jangan begitu banyak orang Indonesia memilih 'palu arit' hanya karena asosiasinya dengan wong cilik, bukan karena tertarik dengan ideologinya atau program-programnya. Tapi ini dugaan yang belum tentu benar, dan sudah di luar konteks buku Sudjojono dan Aku. Akhirnya, Sudjojono dipecat dari PKI dan ditarik dari keanggotaan di DPR.

Mia Bustam sebagai istri seorang pelukis tergambarkan sebagai seorang istri yang mencoba memahami suami dan dunia lukisnya, antara lain dengan ketenangannya jika Sudjojono melukis perempuan lain atau perempuan telanjang. Tetapi menurut saya (berdasarkan kisah di dalam buku ini), Mia Bustam adalah seorang yang realistis meskipun realita yang dihadapinya sangat mengecewakan dan menyedihkan.

Buku ini dilengkapi dengan tulisan anak-anak Sudjojono dan Mia, minus si kembar. Setiap anak memiliki pengalaman, kesan, dan ekspresi sendiri, yang juga menarik.

Kalau ada kekurangan dari buku ini adalah tidak adanya foto dari lukisan-lukisan yang diceritakan, seperti lukisan "Sayang Aku Bukan Anjing", "Mengungsi", atau "Sekko". Alangkah baiknya jika foto-foto lukisan tersebut disertakan di dalam buku sehingga menyerupai illustrated edition. Buku ini tidak hanya memberikan pelajaran bagi kehidupan perkawinan pada umumnya, tetapi juga mengingatkan sedikit mengenai sejarah seni rupa Indonesia.

Harapan lain setelah membaca buku ini adalah terbitnya buku sejarah seni rupa Indonesia sehingga bangsa Indonesia semakin mengenal seniman-senimannya dan karya-karyanya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home