Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Friday, October 26, 2007

168 Jam Dalam Sandera - Memoar Jurnalis Indonesia Yang Disandera Di Irak


Penulis: Meutya Hafid
Penulis Pendamping: Mauluddin Anwar, A. Latief Siregar, Ninok Laksono
Penyunting: Hermawan Aksan
Kata Pengantar: Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Penerbit: Hikmah (PT. Mizan Publika)
Cetakan I, September 2007

Jika melihat Meutya Hafid di layar kaca, otomatis ingatan kita akan terbawa pada peristiwa penculikan dirinya dan rekan kerjanya di Irak. Tidak terasa, peristiwa itu ternyata sudah lebih dari dua tahun yang silam.

Tepatnya hari Selasa, 15 Februari 2005, sekitar pukul 12 siang waktu Irak atau pukul 4 sore WIB, di pom bensin di Ramadi, Meutya Hafid dan juru kamera Budiyanto, serta Ibrahim--pemilik mobil sewaan dari Yordania, diculik oleh Mujahidin. Dengan mata ditutup, dalam 2 jam perjalanan mobil, mereka dibawa ke sebuah gua kecil di tengah gurun.

Beberapa kali membacakan berita penyanderaan serta sempat mewawancarai Casingkem dan Istiqomah--dua orang TKI yang juga pernah disandera di Irak--, Meutya Hafid mengalami sendiri penyanderaan itu. Di dalam buku 168 Jam Dalam Sandera, Meutya Hafid mengenang kembali dan menuturkan hal-hal yang terjadi selama ia dan Budiyanto serta Ibrahim berada di tangan penyandera.

Meutya dan Budi berada di Irak untuk meliput pemilu di sana. Sebenarnya mereka sudah keluar dari perbatasan Irak, tetapi kantor Metro TV ternyata meminta mereka kembali masuk ke Irak, kali ini untuk meliput peringatan hari Asyura. Mereka pun mengurus visa di Kedutaan Irak di Amman. Sayang, mereka masuk Irak kembali melalui jalur darat. Andaikan lewat jalur udara.. Belum sampai ke Bagdad, mereka diculik.

Dengan sangat baik Meutya Hafid menceritakan peristiwa demi peristiwa selama mereka berada di gua, berinteraksi dengan penyandera, berita pembebasan setelah penyandera melihat pernyataan dari Presiden RI, saat-saat yang menegangkan ketika meninggalkan gua dan karena belum bisa keluar dari Irak, sampai akhirnya mereka sampai ke Wisma Indonesia di Amman, diterima Presiden di istana, dan penyambutan oleh rekan-rekan kerja di Metro TV. Editing buku ini juga sangat baik; pengalihan antara flashback-flashback dan kisah penyanderan serta suara hati berjalan sangat mulus. Flashback-flashback meninggalnya Ayah, masa kecil dan sekolah di Singapura dan Australia, penugasan di Metro TV, semakin memperjelas sosok seorang Meutya Hafid.

Meutya masih merasa "beruntung" berpasangan dengan Budi ketika musibah terjadi. Budi selalu berusaha membuat Meutya tersenyum pada saat tersulit sekalipun. Cara pikir Budi tidak rumit dan melihat persoalan dari titik pandang yang berbeda dari Meutya. Sedangkan Ibrahim dipandang sebagai 'paling bisa mencairkan suasana'. Meutya sendiri? Meutya tampak taktis dan diplomatis, serta pandai bersahabat dengan siapa saja. (Kesan saya dari membaca buku ini lho.., tidak kenal Meutya secara pribadi si..).

Buku ini dilengkapi dengan foto-foto, serta dilampiri tulisan Don Bosco Salamun--Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005 dan Dr. R. M. Marty M. Natalegawa--waktu itu Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI. Syukurlah, penyanderaan Meutya dan Budi berakhir baik, berkat kerja keras diplomat-diplomat RI, pernyataan Presiden RI, himbauan tokoh-tokoh masyarakat, dan demo-demo di berbagai daerah.

Dan siapakah kelompok Jaish Al Mujahideen, penyandera jurnalis-jurnalis TV Indonesia ini? Mereka bukan pendukung Saddam Husein, tetapi tidak berarti mereka sudi dijajah Amerika. Mereka tidak sevisi dengan Al-Qaidah, tetapi sepakat untuk sama-sama mengusir Amerika.

Mudah-mudahan Irak dan negara-negara terjajah lainnya bisa segera memperoleh kemerdekaannya kembali. Mudah-mudahan penjajahan dan kekerasan antar bangsa bisa segera lenyap dari muka bumi ini. Make peace not war!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home