Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Tuesday, October 23, 2007

Leaving Microsoft To Change The World [edisi Indonesia]


Penulis: John Wood - Pendiri Room to Read
Penerjemah: Widi Nugroho
Penyunting: Hermawan Aksan, Salman Faridi
Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan I, Agustus 2007

Tahun 1998, John Wood sudah menjabat direktur pemasaran untuk wilayah Asia-Pasifik di Microsoft di Sidney, ketika perjalanannya ke Nepal membawanya mengunjungi sekolah miskin dengan perpustakaan yang memiliki tidak lebih dari dua puluh buku. Buku dianggap berharga dan disimpan di sebuah lemari kaca yang dikunci. Dan harta karun yang dianggap berharga tadi adalah buku-buku usang yang dibuang para turis berransel; buku yang tidak layak baca untuk murid-murid sekolah itu. Contohnya adalah cerita roman Danielle Steel dengan sampul buku sepasang lelaki-perempuan yang sedang berpelukan erat penuh gairah dan setengah telanjang, atau sebuah novel tebal karya Umberto Eco yang ditulis dalam bahasa Italia. Hal ini menjadi keprihatinan John Wood. Angka buta huruf di Nepal 70 persen, yang tertinggi di dunia.

Semangat John Wood untuk membangun perpustakaan rupanya berakar dari kegemarannya membaca. Bisa dibilang, sejak kecil John Wood adalah kutu buku. Dalam perjalanan bersama keluarga, John akan tenggelam dalam bacaannya sementara saudara-saudaranya saling pukul di dalam mobil. Karena anggaran orangtua terbatas untuk membelikan buku-buku, John dibelikan sepeda. Dan dengan sepeda itu, ia ke perpustakaan setiap minggu. Perpustakaan itu hanya mengizinkan delapan buku untuk dibawa ke luar sekali pinjam. Tetapi John melakukan "pdkt" ke petugas perpustakaan sehingga berhasil menaikkan batas pinjaman menjadi dua belas buku.

Di Kathmandu, John mengirim e-mail ke semua kontaknya tentang bantuan buku untuk Nepal. Tempat pengumpulan buku di Amerika Serikat adalah di rumah orang tua John. John mengira akan menerima 100-200 buku. Tetapi, ayah John meng-email dan memperkirakan sudah menerima sekitar 3000 buku. Satu mobil sudah harus dikeluarkan dari garasi untuk menampung buku-buku tersebut. Terkirim 37 kotak buku ke Nepal seberat 967 pon. Beberapa bulan kemudian, John dan Woody (ayah John) ke Nepal, menyewa 8 keledai, mendaki jalan terjal berliku untuk mengantarkan buku-buku tersebut ke sekolah yang pernah dikunjungi John.

John mendapat tugas baru di Beijing sebagai direktur pengembangan bisnis untuk wilayah Cina Besar. Selama John di Australia, Microsoft Australia telah dipilih oleh pembaca BRW--majalah bisnis paling berpengaruh di Austrailia-- sebagai perusahaan Australia kedua yang paling dihormati. Yang nomor satu adalah Qantas. Sekarang di Cina, John menginginkan image 'Microsoft versi Cina". Pada saat kunjungan Bill Gates ke Cina, John mempersiapkan briefing untuk wawancara TV dengan jawaban-jawaban spesifik tentang Cina. Sayang, Bill Gates mengecewakannya; Bill Gates memberikan jawaban-jawaban yang umum tentang Cina, tidak seperti yang telah dipersiapkan John. John berpikir bahwa anak-anak Nepal lebih membutuhkannya daripada majikannya.

John keluar dari Microsoft dan mendirikan organisasi nirlaba "Books for Nepal". Tantangannya adalah mencari dana untuk melaksanakan proyek. Tidak ada dana masuk berarti tidak ada program. "Books for Nepal" (kemudian menjadi "Room to Read") mengembangkan model investasi komunitas setempat, bisa berupa bahan bangunan atau tenaga kerja, di samping dana bantuan dari "Room to Read". Model ini membuat penduduk setempat memiliki sense of belonging pada perpustakaan atau sekolah yang dibangun.

Di dalam presentasi penggalangan dana, daripada membicarakan apa yang akan dilakukan, John membicarakan apa yang telah dikerjakan. Email signature John berisi angka-angka pencapaian "Room to Read" yang diperbarui terus-menerus. Biaya operasional organisasi ditekan serendah mungkin sehingga donatur bisa melihat bahwa dari setiap dolar yang disumbang, 90 sen akan menjadi perpustakaan, sekolah, lab komputer, atau beasiswa untuk anak perempuan.

"Room to Read" sudah berekspansi ke Vietnam, Kamboja, India, Sri Lanka (di website juga tertulis: Laos, Afrika Selatan, Zambia). Cabang-cabang "Room to Read" terus berkembang di Amerika Serikat, sedangkan cabang internasional sudah ada di Milan, Paris, Sidney, London, Hongkong.

Kemampuan John Wood dalam mengembangkan "Room to Read" sedikit banyak terasah ketika bekerja di Microsoft, yakni dalam gemblengan Steve Balmer yang berorientasi pada 'data dan kinerja'. Setiap manager di Microsoft harus memahami setiap keping data hingga taraf angka-angka itu terpatri ke dalam otak mereka.

Kini, dalam usia yang sudah 40 tahun, John Wood masih belum mempunyai rumah. Tapi ia merasa beruntung mengenal siapa dirinya, apa yang ingin difokuskan, dan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk menilai diri sendiri.

"Room to Read" telah mendirikan 2.300 perpustakaan di 6 negara berkembang, lebih dari 200 sekolah, 50 lab komputer dan bahasa, 1.700 beasiswa jangka panjang untuk anak perempuan, dan sejuta buku.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

wah, ternyata ini buku bagus ya. karena judulnya ada kata microsoft, saya pikir kisah tentang bisnis. wah patut dibaca nih

October 29, 2007 2:23 AM  
Blogger Ati said...

Buku ini lumayan sih, tetapi penerjemahannya kadang2 agak kurang lancar. Buku ini memberi masukan ttg bgm mengelola organisasi nirlaba, yg ternyata memerlukan pendekatan bisnis.

October 29, 2007 8:54 AM  

Post a Comment

<< Home