Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Sunday, November 16, 2008

Cara Terindah untuk Mati - Kado Kematian untuk Saudaraku

Penulis: Rachmat Ramadhana al-Banjari
Penerbit: DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan I, Oktober 2007

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..."
QS. an-Nisaa': 78

Biasanya orang memberi atau menerima kado pada peristiwa penting dalam hidup seperti kelahiran, ulang tahun, atau pernikahan. Kematian adalah suatu peristiwa penting yang pasti akan datang. Tidak ada seorangpun yang mampu menolak atau menunda kehadirannya. Tidak ada satu pun jiwa yang dapat menjamin bahwa dia akan menjalani kehidupan di dunia satu detik, satu menit, satu jam, atau satu hari ke depan. Nah, "kado kematian"; apa pula ini?

Buku "Cara Terindah untuk Mati - Kado Kematian untuk Saudaraku" adalah kado dari penulis buku ini --Rachmat Ramadhana al-Banjari-- untuk saudara-saudaranya dalam rangka memperingati kematian. Buku ini mengingatkan pembacanya antara lain mengenai hakikat kematian, jenis-jenis kematian, indikasi datangnya maut, proses pencabutan ruh, keadaan di alam kubur, serta bekal menyongsong kematian, termasuk muhasabah diri (menghisab diri sendiri), sampai pada meraih husnul khatimah.

Kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia, melainkan transisi untuk memasuki kehidupan di alam baru. Namun sesungguhnya, selain kematian alami terdapat jenis kematian lainnya, seperti kematian iradi (maknawi), kematian suri, kematian kecil, dan kematian hakiki. Kematian hakiki sering tidak disadari, yaitu bahwa secara hakiki diri seseorang sudah mati, yaitu potensi fitrah yang telah mati yang berakibat kematian keimanan, keislaman, keikhsanan, ketauhidan, dan ketakwaan di hadapan Allah SWT. Kematian hakiki terjadi akibat sering melakukan pengingkaran, kemusyrikan, kekafiran, kezhaliman, kefasikan, atau kemaksiatan terhadap perintah Allah dan rasul-Nya.

Bagaimana agar kematian tidak menjadi momok menakutkan? Jalan terbaik adalah dengan mempersiapkan bekal perjalanan abadi tersebut, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Buku ini secara khusus mengingatkan kita kepada kematian kita. Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan abadi kita?

1 Comments:

Blogger Pak Guru said...

topik yang menarik... namun saya menyimpan beberapa pertanyaan dan pernyataan tentang topik dan buku ini:
1. manusia tidak berkuasa menentukan cara dia mati, karen waktu dan cara manusia mati adalah rahasia Allah. so ,dari judulnya sudah menyimpang dari logika berpikir.
2. seorang pelajar renang dapat melakukan melakukan apa yang diperlukan untuk menjadi pemenang bila ia mendapat seorang berpengalaman cukup dan pernah menjadi pemenang. tidak ada seorang pun berhak menyatakan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup setelah kematian apa bila ia tidak mengalaminya terlebih dahulu. pertanyaan saya, apakah penulis sudah mengalaminya terlebih dahulu?
3. Mengapa penulis berasumsi kematian menjadi momok yang menakutkan? apakah tidak ada oarng yang tidak takut mati?
4. Kalau pun ada cara untuk mempersiapkan kematian adalah dengan mencari tahu pada Sang pencipta kehidupan dan penentu kematian bukan?

November 28, 2008 12:36 PM  

Post a Comment

<< Home