Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Monday, December 10, 2007

The Namesake - Makna Sebuah Nama


Judul asli: The Namesake
Penulis: Jhumpa Lahiri
Penerjemah: Gita Yuliani K.
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006

Orang Bengali punya dua nama, yaitu nama kecil dan nama resmi, selain nama keluarga. Nama kecil atau nama panggilan beredar hanya di kalangan keluarga dan teman-teman dekat. Sedangkan untuk berbagai urusan formal, nama resmilah yang digunakan.

Ketika pasangan Ashima dan Ashoke mempunyai bayi, nenek Ashima melayangkan surat berisi nama resmi untuk sang bayi. Sayang, surat tersebut hilang di antara Calcutta--tempat tinggal Nenek-- dan Cambridge--tempat tinggal Ashima dan Ashoke. Terdesak untuk segera memberi nama agar putranya bisa ke luar dari rumah sakit, Ashoke menamai sang bayi dengan nama Gogol. Gogol Ganguli. Tidak lama setelah itu, nenek Ashima terserang stroke dan punahlah harapan mendapatkan nama resmi dari Nenek.

Ashoke mempunyai kenangan tersendiri tentang (Nikolai) Gogol. Ashoke pernah mengalami kecelakaan kereta api dan diselamatkan berkat buku cerita pendek Nikolai Gogol. Para penolong melihat lembaran buku Gogol dan Ashoke yang berada di dekat buku tersebut. Ashoke lumpuh selama setahun dan ketika dia sudah berjalan, Ashoke kuliah kembali dan mencari beasiswa ke luar negeri. Ia diterima di Teknik Elektro MIT. Lulus kuliah, Ashoke menjadi dosen di MIT.

Ketika Gogol mulai sekolah, Ashoke mendaftarkannya sebagai Nikhil, yaitu nama resmi pemberian Ashoke sendiri. Namun Gogol tidak bereaksi dengan nama Nikhil dan lebih menyukai nama Gogol. Pada akhirnya sekolah pun menggunakan nama Gogol Ganguli; suatu hal yang tidak disetujui orang tua Gogol karena, seperti telah disebutkan, bagi orang Bengali, nama resmilah yang digunakan untuk semua keperluan formal. Gogol kan nama panggilan yang hanya digunakan oleh kalangan dekat.

Gogol tumbuh di lingkungan pergaulan dan sekolah Amerika. Tetapi orang tuanya membawa pengaruh Bengali di rumah dan lingkungan pergaulan orang tua. Keluarga-keluarga Bengali sering berkumpul untuk merayakan sesuatu, baik itu ulang tahun, kelulusan, maupun upacara-upacara adat seperti upacara makanan padat pertama bagi bayi ataupun upacara pujo.

Sebaliknya, sebenarnya anak-anak pun membawa pengaruh Amerika bagi kedua orang tua. Menu sehari-hari di rumah tidak melulu makanan Bengali, tetapi juga sandwich atau steak. Ashima dan Ashoke serta keluarga Bengali lainnya ikut merayakan Natal meskipun mereka tetap beragama Hindu. Gogol mendesak orang tuanya untuk membeli pohon Natal bagi rumah mereka.

Gogol tumbuh menjadi remaja. Di sekolah, guru sastra memperkenalkannya dengan Nikolai Gogol: salah satu pengarang Rusia yang hebat, yang mati muda sebelum berusia 43 tahun. Dikabarkan bahwa Nikolai Gogol seorang yang paranoid, melankolis, sering mengalami depresi, sulit bergaul, tidak pernah menikah, dan tidak punya anak. Mengapa orang tuanya tidak pernah memberi tahu tentang ini? Gogol remaja tidak pernah berkencan. Rasanya nama Gogol tidak romantis untuk berkenalan dengan seorang gadis.

Selepas sekolah menengah, Gogol diterima di Yale. Sebenarnya dia juga diterima di MIT, almamater ayahnya; tetapi Gogol memilih Yale. Sebelum masuk Yale, secara resmi Gogol mengganti namanya dengan Nikhil.

Begitulah, sejak itu Gogol menjadi Nikhil, sesuatu yang dulu pernah ditolaknya ketika mulai bersekolah di pre-school. Proses pendewasaan Gogol berlangsung dengan nama Nikhil ini. Kuliah, berkencan, putus cinta, magang, bekerja. Tetapi tentu saja, bagi keluarganya dan lingkungan orang-orang Bengali, Gogol tetap Gogol.

Gogol pindah ke New York. Sonia, adiknya, kuliah di San Fransisco. Ashoke mendapatkan beasiswa untuk riset di Cleveland. Dan Ashima tetap di Pemberton Road.

Di Cleveland, Ashoke meninggal dunia. Gogol pergi ke Cleveland mengemasi barang-barang ayahnya. Sejak Ashoke meninggal, Ashima jadi lebih sering menelepon Gogol. Dia menjodohkan Gogol dengan gadis Bengali.

Begitulah, Gogol kemudian menikahi Moushumi, kandidat Ph.D sastra Prancis di NYU, yang sebenarnya sudah diketahuinya sejak kecil. Namun, pernikahan ini kemudian berakhir.

Pada akhinya, rumah di Pemberton Road akan dijual. Ashima berencana untuk tinggal di India enam bulan dan di Amerika enam bulan. Sonia akan menikah. Gogol berencana untuk pindah kerja ke perusahaan yang lebih kecil, yang membuka kemungkinan dirinya dijadikan partner.

Gogol, terjebak antara budaya Bengali dan Amerika, dengan menyandang nama Rusia. Ndilalah, Nikolai Gogol, yang sebagian namanya dipakai Gogol (Ganguli), meskipun terkenal sebagai pengarang hebat tetapi memiliki kepribadian yang menyedihkan. Menjadikan Gogol (Ganguli) bermasalah dengan namanya. Karena apapun nama itu: nama panggilan, julukan, nama resmi di akte kelahiran, adalah identitas diri kita, yang sepertinya menjadi karakter kita.

The Namesake bercerita tentang perbedaan antar budaya (Bengali dan Amerika Serikat) dan antar generasi (orang tua dan anak), yang juga bercerita tentang penyesuaian diri. Anak-anak keluarga Bengali yang lahir dan dibesarkan di Amerika; orang tua Bengali yang memiliki keterikatan yang kuat dengan India karena masa lalu dan keluarga besarnya di sana. Adaptasi terbesar mungkin yang dialami istri Bengali, yang praktis tidak mengenal seorang pun di negeri yang baru. Ia baru mengenal suaminya--karena dijodohkan--, harus mengurus keluarga baru, di negeri orang pula. Ashima masih mengenakan sari dan menggelung rambutnya, dan mengenakan atribut perempuan Bengali yang sudah menikah. Seolah itu semua hidup di hadapan kita melalui penuturan yang memikat dari Jhumpa Lahiri.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home