Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Sunday, May 24, 2009

Kunci Rahasia George ke Alam Semesta

Judul asli: George's Secret Key to the Universe
Penulis: Lucy & Stephen Hawking dengan Christophe Galfard
Ilustrasi: Garry Parsons
Alih bahasa: Andang H. Sutopo
Editor: Widi Lugina
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan I: Mei 2009

Ingin berpetualang seru ke ruang angkasa sambil belajar mengenai alam semesta? Ikuti kisah George dengan tetangga misteriusnya Annie dan Eric--ayah Annie--, serta komputer canggih Cosmos.

Sambil mengikuti kisah seru, pembaca juga diberi informasi tentang bintang, bulan, planet, exoplanet, komet, tata surya, lubang hitam. Juga ada pertanyaan: apakah kita memusatkan perhatian untuk memperbaiki kehidupan di bumi dan menghadapi masalah-masalah bumi, atau haruskah kita berusaha menemukan planet lain yang bisa dihuni umat manusia?

Buku ini dilengkapi dengan foto-foto berwarna yang menakjubkan mengenai bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya serta kotak-kotak informasi, yang menambah nilai buku ini. Buku juga dipenuhi ilustrasi dari kisah George sehingga menyiratkan bahwa buku ini untuk anak-anak, padahal di cover belakang khusus disebutkan bahwa buku ini untuk semua umur.

Mungkin ini kesan saya saja: menurut saya, gambar George di ilustrasi buku koq seperti Pangeran Kecil di Le Petit Prince (lebih-lebih kalau George sedang pakai syal), dan gambar Pak Eric mengingatkan saya pada ayahnya Dennis di komik Dennis the Menace (karena kacamata kotak?). Hmm, tidak penting ya? Yang jelas, setelah membaca buku ini saya jadi hapal nama-nama planet di sistem tata surya kita, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus.

Betapa alam semesta sangat menakjubkan! ... "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, ..." (sebagian dari s. Ali 'Imraan : 191).

Friday, May 22, 2009

Tumbuh di Tengah Badai

Penulis: Herniwatty Moechiam
Penyunting: Gunawan B.S.
Penerbit: Bentang, Cetakan I: April 2009

Dari sampul depan dan belakang buku ini, sudah bisa terdeteksi bahwa buku ini menceritakan perjuangan seorang ibu dan anak autistiknya dalam meraih suatu kemampuan diikuti kemampuan lainnya. Kemampuan yang mudah dikuasai oleh seorang individu normal seringkali sulit dikuasai oleh individu yang autistik.

Belum lagi indera individu autistik sering sangat sensitif terhadap sesuatu (berbeda-besa pada setiap individu) sampai-sampai yang bersangkutan menjadi sangat terganggu (mungkin seperti ter-iritasi). Catra, individu autistik di buku ini, menjadi rewel jika dipakaikan diapers, pakaian tertentu, topi, atau sepatu. Catra bisa terperanjat dan menangis ketakutan mendengar suara orang bersin, tangisan anak lain, tawa yang keras, suara berdecit, dering telepon, dan banyak suara lainnya. Padahal kondisi yang normal tapi mengganggu dan tidak nyaman bagi individu autistik ini sering ditemui di tempat terapi atau di sekolah sehingga mengganggu kegiatan belajar.

Di sisi lain, Catra yang masih bayi sangat tertarik mendengar suara azan dan kemudian segala sesuatu yang bernuansa Islam, seperti mesjid, huruf Arab, perlengkapan shalat.

Permasalahan yang tak henti-hentinya dalam membesarkan anak autistik dan 2 orang kakaknya masih ditambah dengan pertengkaran dan pertikaian yang sering terjadi dengan suami. Ibu Herniwatty, penulis buku ini, juga "mengajari" guru-guru dan teman-teman anaknya mengenai individu autistik. Benar-benar perjalanan panjang yang tidak mudah dan melelahkan yang dinamakannya "Sekolah Kehidupan".

Perjalanan yang bagi Catra seperti tersandung di setiap langkah. Meskipun tentu saja ada langkah-langkah yang menggembirakan, antara lain ketika Catra mendapat giliran membawakan kultum dan menyitir salah satu surat mengenai pertolongan Allah yang dikaitkannya dengan kesulitan-kesulitannya sebagai individu autistik. Ketika membaca buku ini sering tanpa disadari kita (pembaca) jadi berucap, "Subhanallah" dan meneteskan air mata. Kini Catra kuliah di UGM, belajar menapaki jalan hidupnya sendiri.

Berbagi pengalaman dengan menulis buku pasti tidak mudah karena seperti membeberkan kehidupan sendiri kepada khalayak ramai dan juga seperti mengoyak luka lama. Tetapi pelajaran yang diberikan buku ini sangat banyak. Apalagi buku ini dituturkan dengan sangat baik. Apa yang dipelajari Ibu Herniwatty di "Sekolah Kehidupan" menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi siapapun karena sesungguhnya setiap orang berada di sekolah yang sama. Terima kasih banyak Ibu Herniwatty dan keluarga yang sudah berbagi melalui buku ini.

Buku lain tentang berbagi pengalaman membesarkan anak autistik: Dyah Puspita, "Untaian Duka Taburan Mutiara".