Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Thursday, September 07, 2006

Dunia Sophie dan Alam Pikiran Yunani



Dunia Sophie (Judul Asli: Sofie's Verden)
Penulis: Jostein Gaarder
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penyunting: Yuliani Liputo
Penerbit: Mizan, cetakan XIV: Oktober 2003 (cetakan I: Oktober 1996)

Alam Pikiran Yunani
Penulis: Mohammad Hatta
Penerbit: UI-Press dan Tintamas, cetakan gabungan ketiga: Oktober 1986 (cetakan gabungan pertama: 1980, cetakan I jilid I: 1941)

Pernah mendengar tentang Kierkegaard, Descartes, Kant, Socrates, Marcus Aurelius, Nietzsche, Heidegger, Sartre, Plato, Cicero, Aristoteles? Apa dan siapakah mereka? Bagaimanakah hubungan mereka satu sama lain? Jawabannya ada di Dunia Sophie karena Dunia Sophie menyediakan time line sejarah pemikiran filosofis manusia sejak jaman Yunani kuno hingga abad ke-20. Penyajiannya dikemas dengan gaya misteri sehingga ada rasa penasaran untuk terus mengikuti perkembangan pemikiran manusia dari zaman berkembangnya mitos-mitos sampai kepada zaman kemajuan ilmu pengetahuan saat ini yaitu dengan adanya pendapat mengenai Dentuman Besar.

Dari buku ini juga saya mengetahui adanya budaya Indo-Eropa dan budaya Semit. Indo-Eropa mencakup seluruh negara Eropa kecuali yang penduduknya berbicara dengan bahasa-bahasa Finno-Ugria (Lapp, Finlandia, Estonia, dan Hungaria). Kira-kira 4.000 tahun yang lalu, gelombang suku Indo-Eropa menjelajah ke tenggara menuju Iran dan India, ke barat daya menuju Yunani, Italia, dan Spanyol, ke barat menuju Prancis dan Inggris, ke barat laut menuju Skandinavia, dan ke utara menuju Eropa Timur dan Rusia. Kebudayaan Indo-Eropa dipengaruhi oleh kepercayaan kepada banyak dewa (politeisme). Ada nama dewa atau kata-kata dari berbagai tempat dengan budaya Indo-Eropa yang berasal dari akar kata yang sama. Misalnya, kata viten di Norwegia mempunyai akar yang sama dengan kata vidya di India, idea di Yunani, dan video dalam bahasa Latin.

Bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama berlatar belakang Semit. Ciri khas bangsa Semit adalah monoteisme. Agama Yahudi, Kristen, dan Islam mempunyai gagasan dasar yang sama bahwa hanya ada satu Tuhan.

Lalu, apa hubungannya Dunia Sophie dengan Alam Pikiran Yunani? Isi awal Dunia Sophie mengingatkan saya akan Alam Pikiran Yunani. Alam Pikiran Yunani menguraikan mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pemikiran manusia pada zaman Yunani kuno yang berakhir pada masa Helenisme, yang juga dimuat di Dunia Sophie. Alam Pikiran Yunani yang disusun oleh Mohammad Hatta, salah seorang proklamator RI, bermula dari bahan pemberian 'kuliah' oleh Bung Hatta kepada penduduk (orang buangan juga?) ketika dalam pembuangan di Boven Digul, Papua. Jilid I terbit tahun 1941. Sedangkan jilid II baru terbit tahun ..... 1949! dan jilid III tahun 1968.

Mengagumkan! Para founding fathers, meskipun berada di pembuangan Boven Digul tahun 1940-an (bagaimana ya kondisinya????) masih bersemangat untuk belajar dan memberi pelajaran. Filsafat pula!!! Kemudian yang jilid II, di tengah-tengah perjuangan menegakkan kedaulatan negara yang baru merdeka, di tengah-tengah menjabat Wakil Presiden, setelah menerima buku-bukunya dari Banda Neira, Bung Hatta menyiapkan jilid II yang terputus dengan Aksi Militer Belanda II. Dan jilid III disiapkan hampir 20 tahun kemudian.

Dunia Sophie membuat kita mengenal usaha manusia yang tidak putus-putusnya mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan filosofis manusia. Alam Pikiran Yunani, meskipun memuat hanya sebagian sejarah pemikiran manusia, namun memberikan keteladanan dari Bapak Bangsa Mohammad Hatta yang terus menerus belajar dan memberikan pelajaran.

Sunday, September 03, 2006

Sudjojono dan Aku


Penulis: Mia Bustam
Penyunting: Hersri Setiawan, Tedjabayu
Penerbit: Pustaka Utan Kayu, 2006

Mia Bustam adalah mantan istri Sindudarsono Sudjojono (S. Sudjojono), salah seorang pelukis terkenal Indonesia. Buku Sudjojono dan Aku dimulai sejak pertemuan pertama antara Sudjojono dan Mia Bustam pada tahun 1941 dan diakhiri dengan terbitnya surat talak dan terkirimnya Surat Pindah Sudjojono dari Yogya ke Jakarta sekitar tahun 1958. Cerita yang berawal bahagia dan berakhir duka. Pasangan Sudjojono dan Mia dikaruniai 8 orang anak, sepasang di antaranya kembar.

Kisah cinta dan kehidupan perkawinan Sudjojono dan Mia berlatar belakang perang kemerdekaan dan tahun-tahun awal berdirinya Republik Indonesia serta kehidupan seniman di masa itu yang akrab dengan Bung Karno. Bung Karno adalah seorang pemerhati seni dan bergaul erat dengan para seniman. Kehidupan seniman dan masyarakat Pulau Jawa di masa itu digambarkan dengan sangat baik oleh Mia Bustam, seperti harus tinggal berpindah-pindah dengan kondisi seadanya, kondisi kota ketika terjadi perang, kejamnya penjajah, hubungan dengan keluarga-keluarga lain yang tinggal di tempat yang sama, hubungan kekeluargaan antar seniman, kehidupan politik, serta kiprah Sudjojono berjuang melalui seni lukis (melakukan propaganda) sampai Sudjojono menjadi anggota DPR dari PKI. Sudah tentu diceritakan kisah keluarga Sudjojono dan Mia dengan anak-anak yang lahir susul menyusul. Kisah yang diceritakan pun cukup rinci.

Saya tidak mengenal Sudjojono (memang kenal pelukis-pelukis lain? hehe.. tidak juga..!), dalam arti tidak mengenal lukisan-lukisannya dan segala sesuatu tentangnya. Pengetahuan mengenai Affandi misalnya, masih agak lumayan, karena saya pernah ke Museum Affandi di Yogyakarta dan melihat lukisan-lukisannya ketika muda semasa mengembara di Eropa dan ketika tuanya. Tapi Sudjojono? Seperti apa si lukisan-lukisannya?

Bahwa Sudjojono memilih PKI mungkin karena Sudjojono menganggap diri sebagai wong cilik dan berasosiasi dengan gambar 'palu arit' sebagai alat kerja wong cilik. Sampai-sampai Sudjojono memprovokasi Ibundanya untuk memilih gambar 'palu arit' tersebut ketika Pemilu I tahun 1955. Sudjojono sering mentest apakah ibunya sudah 'benar' memilih dan Ibundanya pun sering memilih gambar 'cangkul' yang merupakan lambang Partai Rakyat Nasional. Di mata ibunya 'cangkul' adalah juga alat kerja wong cilik. Dari cerita ini, saya jadi menduga, jangan-jangan begitu banyak orang Indonesia memilih 'palu arit' hanya karena asosiasinya dengan wong cilik, bukan karena tertarik dengan ideologinya atau program-programnya. Tapi ini dugaan yang belum tentu benar, dan sudah di luar konteks buku Sudjojono dan Aku. Akhirnya, Sudjojono dipecat dari PKI dan ditarik dari keanggotaan di DPR.

Mia Bustam sebagai istri seorang pelukis tergambarkan sebagai seorang istri yang mencoba memahami suami dan dunia lukisnya, antara lain dengan ketenangannya jika Sudjojono melukis perempuan lain atau perempuan telanjang. Tetapi menurut saya (berdasarkan kisah di dalam buku ini), Mia Bustam adalah seorang yang realistis meskipun realita yang dihadapinya sangat mengecewakan dan menyedihkan.

Buku ini dilengkapi dengan tulisan anak-anak Sudjojono dan Mia, minus si kembar. Setiap anak memiliki pengalaman, kesan, dan ekspresi sendiri, yang juga menarik.

Kalau ada kekurangan dari buku ini adalah tidak adanya foto dari lukisan-lukisan yang diceritakan, seperti lukisan "Sayang Aku Bukan Anjing", "Mengungsi", atau "Sekko". Alangkah baiknya jika foto-foto lukisan tersebut disertakan di dalam buku sehingga menyerupai illustrated edition. Buku ini tidak hanya memberikan pelajaran bagi kehidupan perkawinan pada umumnya, tetapi juga mengingatkan sedikit mengenai sejarah seni rupa Indonesia.

Harapan lain setelah membaca buku ini adalah terbitnya buku sejarah seni rupa Indonesia sehingga bangsa Indonesia semakin mengenal seniman-senimannya dan karya-karyanya.