Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Saturday, June 07, 2008

Dari Parangakik Ke Kampuchea

Penulis: Nh. Dini
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ke-2: 2005 (Cetakan ke-1: 2003)

Episode Dari Parangakik Ke Kampuchea berlangsung jauh sebelum episode La Grande Borne dan Argenteuil, yaitu ketika pasangan Dini dan Yves baru memiliki Lintang. Di sini Dini menceritakan kehidupan keluarganya bersama Lintang yang masih balita (Dini sering disangka sebagai pengasuh Lintang) dan suaminya yang perhitungan sehubungan dengan penugasan suami ke Kamboja, negeri sang Pangeran Kecil (--dari buku Antoine de Saint-Exupéry, julukan rakyat Prancis untuk Pangeran Norodom Sihanouk).

Dari Prancis ke Kamboja, Dini dan Lintang menumpang Kapal Vietnam sampai Saigon dilanjutkan terbang ke Phnom Penh, sementara suami akan menyusul terbang dan bertemu di Saigon. Di kapal Vietnam itulah Dini bertemu dengan Bagus, sang Kapten kapal, yang kemudian menjadi kekasihnya. Pengalaman di Kapal Vietnam inilah yang menjadi cikal bakal buku Pada Sebuah Kapal.

Sedangkan kehidupan Dini di Kamboja berisi kegiatan menjadi ibu rumah tangga di rumah dinas milik Kedutaan Prancis, menyelenggarakan pesta atau resepsi baik di Phnom Penh ataupun di Sihanoukville, aktivitasnya di WIC, dan beberapa kali pertemuannya dengan kekasih. Di Kamboja, secara tidak sengaja Dini bertemu rombongan kesenian Indonesia yang dipimpin Profesor Doktor Priyono--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada waktu itu-- yang sedang singgah di Phnom Penh setelah berkeliling RRC dan Vietnam. Di dalam rombongan juga ada Pak Kusni--pendiri Ngesti Pandowo-- yang sudah dikenal Dini dan Bulantrisna Djelantik--penari dari Bali-- yang waktu itu masih SMP. Pada waktu itu map naskah Pada Sebuah Kapal sudah dibagi dua: Penari dan Pelaut.

Sebagai seorang pengarang, pada waktu itu (tahun 1960-an awal) Dini sudah memiliki cara kerja menggunakan map-map untuk tiap-tiap naskah dan setiap malam dia menulis buku harian. Seperti file-file di dalam folder-folder komputer ya? Dan tampaknya Dini disiplin untuk menulis cerita dan buku hariannya. Hasilnya antara lain ya buku-buku dalam seri kenangan ini, alat Dini untuk berbagi kisah, yang menjadikannya tukang cerita yang mumpuni dan produktif.

Argenteuil - Hidup Memisahkan Diri


Penulis: Nh. Dini
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Setelah La Grande Borne, Dini melanjutkan seri kenangannya dengan Argenteuil - Hidup Memisahkan Diri. Argenteuil terletak di barat laut Paris. Di rumah Tuan Willm di Argenteuil, rumah yang pernah ditempati Karl Marx, Dini bekerja sebagai dame de compagnie--wanita yang menemani--.

Ketika itu, suami Dini bertugas di Detroit, Amerika Serikat. Anak bungsu mereka--Padang-- ikut ke Detroit, sedangkan yang sulung--Lintang-- masih di Prancis menyelesaikan Bac-nya (satu tahun setelah SMA). Ketika suami di Amerika Serikat ini, Dini menulis surat ke suami tentang perpisahan perkawinan mereka. Sebelumnya, Dini sudah berbicara dengan anak-anaknya bagaimana jika Dini berpisah dengan ayah anak-anaknya.

Seperti di buku-buku lain dalam seri kenangannya, cerita-cerita Dini di Argenteuil sangat mengasyikkan. Percakapannya dengan Padang ketika mencari tahu bagaimana pendapat Padang jika orangtuanya berpisah. Cerita mengenai kucing Miu yang tidak mau makan ketika mereka sekeluarga berkemas pindah. Cerita ketika menjamu tamu dan tetangga pada pesta Natal di Detroit. Bagaimana Dini menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Padang ketika teman-teman Padang di USA tidak bisa mengucapkan namanya dengan baik. Juga ketika Dini bertemu keluarga Bagus--kekasihnya--, kehidupannya di Argenteuil, serta ketika menjadi sukarelawan bagi Les Amis de la Nature dan bertemu Brigitte Bardot.

Dalam menyiapkan ujian Bac, ketika Lintang berakhir pekan di rumah Tuan Willm, beberapa kali dia berdiskusi dengan Tuan Willm mengenai novel-novel yang harus dibacanya. Untuk ujian bahasa Prancis, sekolah memberikan daftar 65 judul novel yang harus dibaca! Dini bercerita bahwa ketika seusia dengan anak sulungnya, Dini pun sudah mampu mendalami dan mengerti isi buku-buku berbobot karya pengarang Indonesia dan dunia. Ketika duduk di dua kelas terakhir SMU , Dini sudah melahap buku-buku berbahasa Inggris tulisan Daphne du Maurier, Shakespeare, Pearl S. Buck, Goethe, Edgar Allan Poe, Leo Tolstoy dan lainnya. Dini bahkan menghapalkan beberapa ungkapan atau bait puisi Goethe! (halaman 134) Wow! Dulu ketika lulus SMA ataupun lulus TPB (tahun pertama di PT) berapa buku ya yang sudah saya baca? Rasanya koq sangat sedikit :( Tidak seperti Lintang atau Dini.

Dini tinggal di Argenteuil sampai beberapa bulan setelah Tuan Willm meninggal. Lintang sudah lulus Bac dan akan ke Detroit bersama Dini. Padang sudah minta ke ayahnya supaya Dini datang dan tinggal sampai Natal dan Tahun Baru. Bagaimanakah kisah Dini, keluarga, dan kenalannya selanjutnya? Jadi nagih ni..