Buku, Buku, Buku!

verba volant, scripta manent ~ kata-kata yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan tetap

My Photo
Name:
Location: Bintaro, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Born and raised in Jakarta, I wonder when, where and how this journey end? .. and how will I reborn again?

Monday, October 29, 2007

Penerjemah Luka


Judul asli: Interpreter of Maladies
Penulis: Jhumpa Lahiri
Alih bahasa: Gita Yuliani K.
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006

Ada 9 cerita yang berbeda. Semuanya dengan tokoh dari etnis Bengali dan sebagian besar cerita berlokasi di Amerika Serikat. Cerita-cerita mengenai perantau Bengali memperlihatkan bahwa sedikit banyak budaya Bengali mewarnai kehidupan mereka di Amerika.

Persoalan yang diangkat bermacam-macam. Ada masalah komunikasi suami-istri (dalam Masalah Sementara), yang membuat saya sedikit mengevaluasi komunikasi kami suami-istri.

Ada masalah kebangsaan antara India dan Pakistan yang akan/sedang terpisah dengan Bangladesh (Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam). Menarik membaca penuturan Lilia, yang merasakan banyak persamaan antara ayahnya dan Mr. Pirzada yang Muslim.
... Orangtuaku dan Mr. Pirzada bicara dalam bahasa yang sama, menertawakan lelucon yang sama, wajah mereka pun agak mirip. Mereka melahap manisan mangga setiap kali makan, dan makan nasi dengan tangan setiap malam. Seperti orangtuaku, Mr. Pirzada ...

Namun, ayah Lilia khawatir jika tanpa sengaja Lilia menyebut Mr. Pirzada sebagai orang India dan membuat Mr. Pirzada tersinggung.
... "Mr. Pirzada orang Bengali, tetapi dia Muslim, ayahku memberitahu. "Jadi dia tinggal di Pakistan Timur, bukan di India." ...

Ah, masalah separatisme yang membuat pedih semua bangsa.

Ada masalah perselingkuhan, rindu kabar dari tanah air, ataupun pengalaman di negeri orang--yang kemudian menjadi negeri sendiri.

Sedangkan cerita yang berlokasi di India membawa kita ke dalam suasana kehidupan orang India. Ya iyalah..

Buku Interpreter of Maladies memenangkan Pulitzer Prize tahun 2000.

Friday, October 26, 2007

168 Jam Dalam Sandera - Memoar Jurnalis Indonesia Yang Disandera Di Irak


Penulis: Meutya Hafid
Penulis Pendamping: Mauluddin Anwar, A. Latief Siregar, Ninok Laksono
Penyunting: Hermawan Aksan
Kata Pengantar: Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Penerbit: Hikmah (PT. Mizan Publika)
Cetakan I, September 2007

Jika melihat Meutya Hafid di layar kaca, otomatis ingatan kita akan terbawa pada peristiwa penculikan dirinya dan rekan kerjanya di Irak. Tidak terasa, peristiwa itu ternyata sudah lebih dari dua tahun yang silam.

Tepatnya hari Selasa, 15 Februari 2005, sekitar pukul 12 siang waktu Irak atau pukul 4 sore WIB, di pom bensin di Ramadi, Meutya Hafid dan juru kamera Budiyanto, serta Ibrahim--pemilik mobil sewaan dari Yordania, diculik oleh Mujahidin. Dengan mata ditutup, dalam 2 jam perjalanan mobil, mereka dibawa ke sebuah gua kecil di tengah gurun.

Beberapa kali membacakan berita penyanderaan serta sempat mewawancarai Casingkem dan Istiqomah--dua orang TKI yang juga pernah disandera di Irak--, Meutya Hafid mengalami sendiri penyanderaan itu. Di dalam buku 168 Jam Dalam Sandera, Meutya Hafid mengenang kembali dan menuturkan hal-hal yang terjadi selama ia dan Budiyanto serta Ibrahim berada di tangan penyandera.

Meutya dan Budi berada di Irak untuk meliput pemilu di sana. Sebenarnya mereka sudah keluar dari perbatasan Irak, tetapi kantor Metro TV ternyata meminta mereka kembali masuk ke Irak, kali ini untuk meliput peringatan hari Asyura. Mereka pun mengurus visa di Kedutaan Irak di Amman. Sayang, mereka masuk Irak kembali melalui jalur darat. Andaikan lewat jalur udara.. Belum sampai ke Bagdad, mereka diculik.

Dengan sangat baik Meutya Hafid menceritakan peristiwa demi peristiwa selama mereka berada di gua, berinteraksi dengan penyandera, berita pembebasan setelah penyandera melihat pernyataan dari Presiden RI, saat-saat yang menegangkan ketika meninggalkan gua dan karena belum bisa keluar dari Irak, sampai akhirnya mereka sampai ke Wisma Indonesia di Amman, diterima Presiden di istana, dan penyambutan oleh rekan-rekan kerja di Metro TV. Editing buku ini juga sangat baik; pengalihan antara flashback-flashback dan kisah penyanderan serta suara hati berjalan sangat mulus. Flashback-flashback meninggalnya Ayah, masa kecil dan sekolah di Singapura dan Australia, penugasan di Metro TV, semakin memperjelas sosok seorang Meutya Hafid.

Meutya masih merasa "beruntung" berpasangan dengan Budi ketika musibah terjadi. Budi selalu berusaha membuat Meutya tersenyum pada saat tersulit sekalipun. Cara pikir Budi tidak rumit dan melihat persoalan dari titik pandang yang berbeda dari Meutya. Sedangkan Ibrahim dipandang sebagai 'paling bisa mencairkan suasana'. Meutya sendiri? Meutya tampak taktis dan diplomatis, serta pandai bersahabat dengan siapa saja. (Kesan saya dari membaca buku ini lho.., tidak kenal Meutya secara pribadi si..).

Buku ini dilengkapi dengan foto-foto, serta dilampiri tulisan Don Bosco Salamun--Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005 dan Dr. R. M. Marty M. Natalegawa--waktu itu Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI. Syukurlah, penyanderaan Meutya dan Budi berakhir baik, berkat kerja keras diplomat-diplomat RI, pernyataan Presiden RI, himbauan tokoh-tokoh masyarakat, dan demo-demo di berbagai daerah.

Dan siapakah kelompok Jaish Al Mujahideen, penyandera jurnalis-jurnalis TV Indonesia ini? Mereka bukan pendukung Saddam Husein, tetapi tidak berarti mereka sudi dijajah Amerika. Mereka tidak sevisi dengan Al-Qaidah, tetapi sepakat untuk sama-sama mengusir Amerika.

Mudah-mudahan Irak dan negara-negara terjajah lainnya bisa segera memperoleh kemerdekaannya kembali. Mudah-mudahan penjajahan dan kekerasan antar bangsa bisa segera lenyap dari muka bumi ini. Make peace not war!

Tuesday, October 23, 2007

Leaving Microsoft To Change The World [edisi Indonesia]


Penulis: John Wood - Pendiri Room to Read
Penerjemah: Widi Nugroho
Penyunting: Hermawan Aksan, Salman Faridi
Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan I, Agustus 2007

Tahun 1998, John Wood sudah menjabat direktur pemasaran untuk wilayah Asia-Pasifik di Microsoft di Sidney, ketika perjalanannya ke Nepal membawanya mengunjungi sekolah miskin dengan perpustakaan yang memiliki tidak lebih dari dua puluh buku. Buku dianggap berharga dan disimpan di sebuah lemari kaca yang dikunci. Dan harta karun yang dianggap berharga tadi adalah buku-buku usang yang dibuang para turis berransel; buku yang tidak layak baca untuk murid-murid sekolah itu. Contohnya adalah cerita roman Danielle Steel dengan sampul buku sepasang lelaki-perempuan yang sedang berpelukan erat penuh gairah dan setengah telanjang, atau sebuah novel tebal karya Umberto Eco yang ditulis dalam bahasa Italia. Hal ini menjadi keprihatinan John Wood. Angka buta huruf di Nepal 70 persen, yang tertinggi di dunia.

Semangat John Wood untuk membangun perpustakaan rupanya berakar dari kegemarannya membaca. Bisa dibilang, sejak kecil John Wood adalah kutu buku. Dalam perjalanan bersama keluarga, John akan tenggelam dalam bacaannya sementara saudara-saudaranya saling pukul di dalam mobil. Karena anggaran orangtua terbatas untuk membelikan buku-buku, John dibelikan sepeda. Dan dengan sepeda itu, ia ke perpustakaan setiap minggu. Perpustakaan itu hanya mengizinkan delapan buku untuk dibawa ke luar sekali pinjam. Tetapi John melakukan "pdkt" ke petugas perpustakaan sehingga berhasil menaikkan batas pinjaman menjadi dua belas buku.

Di Kathmandu, John mengirim e-mail ke semua kontaknya tentang bantuan buku untuk Nepal. Tempat pengumpulan buku di Amerika Serikat adalah di rumah orang tua John. John mengira akan menerima 100-200 buku. Tetapi, ayah John meng-email dan memperkirakan sudah menerima sekitar 3000 buku. Satu mobil sudah harus dikeluarkan dari garasi untuk menampung buku-buku tersebut. Terkirim 37 kotak buku ke Nepal seberat 967 pon. Beberapa bulan kemudian, John dan Woody (ayah John) ke Nepal, menyewa 8 keledai, mendaki jalan terjal berliku untuk mengantarkan buku-buku tersebut ke sekolah yang pernah dikunjungi John.

John mendapat tugas baru di Beijing sebagai direktur pengembangan bisnis untuk wilayah Cina Besar. Selama John di Australia, Microsoft Australia telah dipilih oleh pembaca BRW--majalah bisnis paling berpengaruh di Austrailia-- sebagai perusahaan Australia kedua yang paling dihormati. Yang nomor satu adalah Qantas. Sekarang di Cina, John menginginkan image 'Microsoft versi Cina". Pada saat kunjungan Bill Gates ke Cina, John mempersiapkan briefing untuk wawancara TV dengan jawaban-jawaban spesifik tentang Cina. Sayang, Bill Gates mengecewakannya; Bill Gates memberikan jawaban-jawaban yang umum tentang Cina, tidak seperti yang telah dipersiapkan John. John berpikir bahwa anak-anak Nepal lebih membutuhkannya daripada majikannya.

John keluar dari Microsoft dan mendirikan organisasi nirlaba "Books for Nepal". Tantangannya adalah mencari dana untuk melaksanakan proyek. Tidak ada dana masuk berarti tidak ada program. "Books for Nepal" (kemudian menjadi "Room to Read") mengembangkan model investasi komunitas setempat, bisa berupa bahan bangunan atau tenaga kerja, di samping dana bantuan dari "Room to Read". Model ini membuat penduduk setempat memiliki sense of belonging pada perpustakaan atau sekolah yang dibangun.

Di dalam presentasi penggalangan dana, daripada membicarakan apa yang akan dilakukan, John membicarakan apa yang telah dikerjakan. Email signature John berisi angka-angka pencapaian "Room to Read" yang diperbarui terus-menerus. Biaya operasional organisasi ditekan serendah mungkin sehingga donatur bisa melihat bahwa dari setiap dolar yang disumbang, 90 sen akan menjadi perpustakaan, sekolah, lab komputer, atau beasiswa untuk anak perempuan.

"Room to Read" sudah berekspansi ke Vietnam, Kamboja, India, Sri Lanka (di website juga tertulis: Laos, Afrika Selatan, Zambia). Cabang-cabang "Room to Read" terus berkembang di Amerika Serikat, sedangkan cabang internasional sudah ada di Milan, Paris, Sidney, London, Hongkong.

Kemampuan John Wood dalam mengembangkan "Room to Read" sedikit banyak terasah ketika bekerja di Microsoft, yakni dalam gemblengan Steve Balmer yang berorientasi pada 'data dan kinerja'. Setiap manager di Microsoft harus memahami setiap keping data hingga taraf angka-angka itu terpatri ke dalam otak mereka.

Kini, dalam usia yang sudah 40 tahun, John Wood masih belum mempunyai rumah. Tapi ia merasa beruntung mengenal siapa dirinya, apa yang ingin difokuskan, dan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk menilai diri sendiri.

"Room to Read" telah mendirikan 2.300 perpustakaan di 6 negara berkembang, lebih dari 200 sekolah, 50 lab komputer dan bahasa, 1.700 beasiswa jangka panjang untuk anak perempuan, dan sejuta buku.

Tahajud Siang Hari Dhuhur Malam Hari



Penulis: Agus Mustofa
Penerbit: PADMA press - Padang Makhsyar
Cetakan: ketiga (10 Maret 2006; cetakan I: 5 Desember 2005)

Ibadah shalat dan puasa dilaksanakan pada waktu-waktu yang sudah ditentukan:

QS. Al Baqarah (2): 238
Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.

QS. Al Israa' (17): 78-79
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

QS. An Nisaa (4): 103
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

QS. Al Baqarah (2): 183-185
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kewajiban, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quraan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

QS. Al Baqarah (2): 187
..., dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam,... Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.


Di wilayah-wilayah tropis, perbedaan siang dan malam hari relatif jelas. Lama waktu siang dan malam hari relatif sepadan, masing-masing sekitar 12 jam. Waktu-waktu shalat pun berkisar sekitar 1 jam sampai 8-9 jam.

Tetapi di wilayah-wilayah yang terletak makin ke utara dan ke selatan, lama waktu siang dan malam hari akan berbeda tergantung musim. Pada musim panas, di St. Petersburg (yang sempat berganti nama menjadi Leningrad) -- di sebelah utara Moskow--, matahari masih menyinari kota meskipun jam menunjukkan pukul 00.30. Suatu kondisi yang disebut sebagai white night atau bilii nosii dalam istilah setempat. Di sebelah utara Helsinki, Finlandia, matahari hanya tenggelam selama 1 jam. Di daerah sekitar Kutub Utara atau Kutub Selatan, matahari bahkan tidak tenggelam atau tidak terbit selama beberapa bulan.

Di angkasa luar, matahari akan terlihat terus sepanjang hari. Penumpang pesawat angkasa luar tidak akan menemui "hari" karena tidak ikut perputaran bumi. Satu hari adalah rotasi bumi selama 24 jam.

Jika berada di daerah-daerah non-tropis atau jika menjadi turis luar angkasa, kapankah kita shalat dan berpuasa? Apakah berpuasa sepanjang hari jika matahari terus-menerus bersinar? Apakah tidak shalat maghrib, isya, dan tahajud jika matahari tidak tenggelam?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Agus Mustofa mengajak pembaca untuk merenungkan mengenai Islam, makna ibadah dalam ruang dan waktu, serta ibadah wajib dan sunnah.

QS. Al Baqarah (2): 177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.


Di akhir bab, Agus Mustofa menyampaikan 3 alternatif pendekatan untuk menentukan waktu-waktu shalat pada daerah-daerah non-tropis dan luar angkasa.