
Penulis: Onno W. Purbo
Tanggal Baca: minggu lalu
Buku
Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber diterbitkan Penerbit Republika di awal tahun 2003. Onno Purbo menyoroti infrastruktur internet, kemudahan yang diberikannya (seperti bisa bekerja tanpa kantor atau di SOHO), aktivitas komunitas Indonesia di dunia cyber (
mailing list di yahoogroups), konsekuensi (atau pengaruh) internet dalam proses pendidikan dan dalam kehidupan bernegara, serta dunia
hacker (atau
cracker?).
Aktivitas milis yang diteliti Onno Purbo adalah milis komunitas Indonesia di tahun 2002. Tentu saja waktu itu baru ada
e-groups yang kemudian menjadi
Yahoo!groups, dan belum ada
Google Groups. Dengan adanya milis, orang jadi bisa berdiskusi, bertanya dan menjawab tentang sesuatu. Memberikan ilmu lewat internet sama artinya dengan beramal. Dan semakin banyak memberikan ilmu, semakin banyak beramal, insya Allah akan mendatangkan rizki dan pahala.
Dengan biaya internet yang murah, pelajar bisa ikut milis, berdiskusi, menimba ilmu. Internet juga memungkinkan adanya
e-learning dan
digital library, tempat menimba ilmu juga. Onno selalu mendorong 'santri'-nya (di dunia
cyber dan mahasiswa-mahasiswanya) untuk menjadi
produsen pengetahuan, karena dengan demikian akan menjadikan seseorang meng-konsumsi pengetahuan secara baik, menyebarkannya ke masyarakat, dan aktif berinteraksi.
Onno juga menyinggung mengenai kemungkinan bekerja di SOHO. Kekhawatiran yang muncul mungkin tidak adanya penghasilan tetap per bulan, tidak ada jabatan, atau tidak mewakili suatu perusahaan. Tetapi dengan keaktifan di dalam diskusi-diskusi di milis, masyarakat akan mengenal dan mengakui sehingga Onno sering diundang ke seminar-seminar di dalam dan luar negeri.
Dalam kehidupan bernegara, internet memungkinkan adanya Dewan Rakyat atau Majelis Rakyat, tanpa "Perwakilan". Rakyat bisa langsung menyuarakan aspirasi atau pilihannya tanpa perlu wakil-wakil. Onno juga menyinggung mengenai
hacker yang tidak akan merusak suatu
website, tetapi malah akan memberi masukan mengenai celah-celah keamanan suatu situs.
Filosofi dunia
cyber sebenarnya sama saja dengan dunia nyata. Di dunia
cyber perlu sopan santun. Siapa yang lebih berilmu dan bermurah hati menyebarkan pengetahuan akan dihormati; siapa yang membuat kerusakan akah dihujat. Yang berbeda adalah: di dunia
cyber, pangkat, jabatan, kedudukan, (mungkin juga: usia), tidak memiliki pengaruh. Asalkan seseorang berilmu pengetahuan dan berbuat baik (beramal), maka ia akan terpandang.
Kembali kepada ajakan Onno Purbo untuk menjadi produsen pengetahuan, mengingatkan saya kepada satu buku berjudul
The Knowledge-Creating Company oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi (1995). Salah satu rahasia suksesnya perusahaan-perusahaan Jepang adalah karena mereka terus menerus menciptakan pengetahuan. Cocok dengan ajakan Onno. Kapan-kapan akan saya ulas(?) mengenai buku
The Knowledge-Creating Company ini. Mesti
scanning dulu karena sudah banyak yang lupa. Dulu uztad di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Jakarta, mengingatkan kalau belajar sesuatu (waktu itu pernah belajar tajwid dan takhsin sebentar..) supaya bertujuan untuk nanti diajarkan kembali ke orang lain (yang sayang sekali belum dipraktekkan ☹). Saya kira ini masih senafas dengan "produsen pengetahuan" tadi. Menjadi "produsen pengetahuan" adalah beribadah.